Subuh, 8 Juli 2019, kami tiba di wilayah Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Hawa pagi serasa menusuk, membuka mata kami yang terkatup rapat dalam perjalanan sekitar delapan jam dari Jakarta.
Saat mata mulai terbuka lebar, rasa lelah itu mulai terkikis. Hamparan sayur-sayuran segar di sepanjang jalan sepertinya mengusir rasa lelah.
Tujuan perjalanan kami hari itu menuju Dataran Tinggi Dieng, sebuah lokasi wisata di Jawa Tengah yang kala itu diperbincangkan karena fenomena es bekunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menggunakan ponsel Samsung, saya coba memotret beberapa spot sayuran segar dari bus wisata yang membawa kami menuju Dieng. Saat itulah saya teringat dengan program Simantri di Kabupaten Manggarai.
Jari-jari saya pun mencari kontak Bupati Manggarai Deno Kamelus. “Selamat pagi bapak, ini kondisi holtikultura di Banjarnegara, sayur-sayurannya segar. Wilayah ini juga menjadi lokasi wisata alam,” tulis saya dalam pesan singkat WhatsApp kepada Bupati Deno.
Tiga puluh menit kemudian, pesan saya dibalas Bupati Deno Kamelus. “Iya, mereka sudah lama sekali,” ujar Bupati Deno singkat. Percakapan itu terputus karena sinyal sedikit hilang. Dalam pesan kesimpulan, saya berharap kelak tanah kosong di Manggarai tak ada yang nganggur.
Kabupaten Banjarnegara dikenal sebagai sentra hortikultura. Sebagian wilayahnya memang berada di pegunungan, sehingga cocok untuk budidaya beragam sayur dan buah-buahan. Banjarnegara juga dianugerahi tanah vulkanik yang subur.
Berdasarkan data banjarnegarakab.go.id, penduduk Banjarnegara yang mencapai satu juta lebih, sebagian besar atau 623.000 jiwa tertarik untuk menekuni bidang pertanian.
Luas wilayahnya sebesar 106.971 hektar atau 3,10 persen dari luas propinsi Jawa tengah. Dengan lahan pertanian sawah seluas 14.663 hertar dan lahan pertanian bukan sawah yang terdiri dari tegalan 44.478 ha , perkebunan 3223 ha dan kolam seluas 519 Ha.
Dengan potensi yang ada tersebut sangat relevan jika Banjarnegara sangat mengandalkan bidang pertanian sebagai potensi utama di Banjarnegara.
Untuk mewujudkan visi tersebut berbagai dilakukan dengan strategi peningkatan produktifitas melalui bidang pertanian seperti Penerapan Pendekatan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu, perbaikan budidaya disertai dengan pengawalan pendampingan dan koordinasi, penerapan SOP tanaman hortikultura, penggunaan komoditas alternatif (gandum untuk kentang dll), pemberian bantuan benih, saprodi dan bantuan lainnya untuk mendukung peningkatan produktifitas. Dukungan lain berupa pemberian bantuan keuangan melalui Bansos, PUAP, LM3, dan SDM.
Potensi pertanian di Kabupaten Banjarnegara didukung oleh ketersediaan lahan yang subur dan cocok untuk pengembangan berbagai jenis komoditas pertanian.
Komoditas pertanian yang menjadi unggulan meliputi padi, jagung, kedelai, kentang, salak, durian, manggis, ikan gurami, lele, patin, nila, sapi, kambing dan domba. Ketersediaan lahan yang ada saat ini juga relatif luas untuk pengembangan sektor pertanian.
Potensi pengembangan pertanian di Kabupaten Banjarnegara tersebar di beberapa lokasi/kecamatan. Bagian utara yang terdiri dari daerah pegunungan, relief bergelombang dan curam untuk pengembangan komoditas seperti kentang, jagung, kambing dan domba.
Bagian tengah yang terdiri dari daerah datar untuk pengembangan komoditas padi, jagung, kedelai, salak, durian, manggis, perikanan dan ternak sapi. Bagian selatan yang terdiri dari daerah datar dan curam untuk pengembangan komoditas padi, kacang tanah, durian, manggis dan sapi.
Menurut data yang sama, investasi sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara sangat prospektif. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 yang ditunjukan oleh laju pertumbuhan Produk domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 4,5%. Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan memberikan sumbangan sebesar 38,27%. Boleh dibilang, Kabupaten Banjarnegara memberikan peluang terbaik kepada semua investor untuk menciptakan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.
Halaman : 1 2 Selanjutnya