Provinsi Nusa Tenggara Timur baru saja merayakan hari jadinya yang ke-61 di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur dengan menghadirkan sejumlah artis nasional salah satunya adalah grup band Slank yang pada ulang tahun ke-60 NTT di Kota Kupang dinobatkan juga sebagai duta kelor.
Riuh rendah perayaan hari ulang tahun ke-61 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kali ini juga tak kalah meriah dengan tahun 2018 karena menggema di lini massa sejumlah media sosial saat pertama kali Gubernur Viktor B Laiskodat dan Wakilnya Josef Nae Soi terpilih dan ditetapkan untuk memimpin NTT untuk lima tahun ke depan.
Sampai di situ bisa dibilang perayaan ulang tahun NTT sukses karena menghadirkan ratusan masyarakat di Pulau Sumba untuk menyaksikan perayaan puncak HUT NTT itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun perayaan puncak berupa pesta rakyat ini hanyalah ironi tanpa nilai, di tengah beragam masalah akut yang menghantam provinsi NTT dalam beberapa tahun terakhir, seperti masalah kesejahteraan, masalah human trafficking, tambang serta lingkungan yang sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada 5 September 2018 lalu gubernur tampak terus sesumbar tentang berbagai upaya penuntasan masalah di NTT.
Satu tahun lebih keduanya telah memimpin NTT, namun muncul berbagai tanggapan yang negatif dari berbagai pihak terkait arogansi gubernur NTT Viktor dan anggapan bahwa janjinya saat kampanye dan berbagai program yang direncanakannya dengan wakilnya hanyalah sebuah narasi atau wacana belaka yang tak akan bisa terwujud.
Pengamat pertanian dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Zet Malelak melihat bahwa apa yang dilakukan oleh pemimpin NTT saat ini disebutnya gagal. Dan baru kali ini NTT dipimpin oleh para pemimpin yang hanya bisa berwacana saja.
Hal ini disampaikannya bukan tanpa alasan. Menurut dia kedua pemimpin NTT itu tak mempunyai visi misi atau perencanaan untuk membangun NTT seperti yang sudah dijanjikannya saat kampanye dan pascadilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur di Jakarta pada 2018 lalu.
Ia memberikan contoh di sektor pertanian, tak ada yang berjalan dengan baik. Kelor yang menjadi program utama pun tak ada kemajuannya sampai dengan saat ini.
Sejumlah pihak yang banyak menaruh harapan ke gubernur Viktor yang tegas dalam memimpin itu pun perlahan-lahan mulai sirna. Kehadiran gubernur Viktor dan wakilnya yang dianggap mampu memperbaiki NTT setidaknya ada program-program unggulan yang sukses dijalankan di tahun pertamanya hingga saat ini tak berjalan, salah satunya lagi adalah human trafficking.
Masih teringat pascadilantik di Jakarta, orang nomor satu di NTT itu di hadapan para awak media tampak terus sesumbar tentang berbagai upaya penuntasan masalah di NTT.
Ia dengan tegas mengatakan akan membasmi mafia-mafia tambang di NTT yang hanya mampu merusak lingkungan tanpa memberikan andil bagi NTT melalui moratorium tambang.
Bahkan pascamoratorium tersebut gubernur justru dinilai banyak pihak hanya berfokus pada evaluasi regulasi semata yang memberi celah pada industri tambang untuk tetap eksis mengeruk perut bumi NTT.
Tak hanya itu, di tempat yang sama juga ia terus-terusan mengatakan akan mematahkan tangan dan kaki para pelaku human trafficking jika menemukan para pelakunya, bahkan ia pun mengeluarkan moratorium penghentian pengiriman tenaga kerja dari NTT yang menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat NTT.
Bahkan tak tanggung-tanggung orang nomor satu itu di hadapan guru-guru honor se-NTT menyampaikan telah memberhentikan kepala dinas tenaga kerja NTT karena tak mengindahkan moratorium yang sudah dikeluarkannya.Tentunya ini merupakan sebuah upaya yang amat sangat agresif.
Hal yang sama juga diakui oleh pengamat politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Lasarus Jehamat. Ia menilai pemerintah NTT belum fokus melaksanakan program kerja pembangunan setelah satu tahun.
Ia mengatakan belum terlihat ada perubahan yang signifikan terhadap pembangunan NTT dalam satu tahun kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur NTT. Rencana pinjaman dana dari China untuk pembangunan jalan provinsi juga masih sebatas narasi.
Masyarakat NTT ujar dia, tentu saja menagih janji yang pernah dilontarkan oleh Gubernur Viktor dan wakilnya saat kampanye dan janjinya usai dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada 2018 lalu.
117 PMI Meninggal
Jenazah Agustinus Nahak (43), pekerja migran Indonesia (PMI) asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (21/12) tiba di Bandara El Tari Kupang dengan ditumpangkan ke pesawat Garuda Indonesia (GA 438).
Jenazah Agustinus yang merupakan TKI ke-117 yang meninggal di Malaysia itu diterbangkan dari Kuala Lumpur pada 20 Desember 2019, bertepatan dengan HUT ke-61 NTT dengan GA 821 tujuan Jakarta dan dilanjutkan dengan pesawat GA 438 tujuan Kupang.
Inilah jenasah terakhir dari data yang diterima dari Balai Pelayanan Penempatan Perlindungan TKI (BP3TKI) Nusa Tenggara Timur.
Semakin banyaknya TKI asal NTT yang meninggal di luar negeri dengan dugaan “human trafficking” ini tentu semakin banyak mendapatkan banyak sorotan dari para pemerhati masalah TKI serta sejumlah organisasi kemahasiswaan di NTT.
Gubernur NTT sendiri beberapa waktu lalu kepada wartawan ketika ditanyai seputar semakin tingginya angka kematian TKI NTT di luar negeri khususnya di Malaysia mengeluarkan bahasa yang membuat banyak pihak geram.
Halaman : 1 2 Selanjutnya