Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional yang sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen (TNI) Doni Monardo mengatakan NTT akan menjadi daerah prioritas untuk pendistribusian reagen begitu alat ini tiba di Indonesia.
Hal itu disampaikan Doni menanggapi permintaan Wakil Gubernur (Wagub) NTT, Drs. Josef A. Nae Soi terkait kesulitan Provinsi NTT dalam pemeriksaan sampel swab.
“Memang untuk peralatan kesehatan, kita berebutan dengan berbagai negara untuk mendatangkan alat-alat ini. Saya akan perintahkan begitu barang datang, untuk segera kirim dan prioritaskan ke Kupang,” kata Doni Monardo saat melakukan Tele Konferens dengan Wagub NTT, Josef A. Nae Soi, MM di Ruang Rapat Gubernur, Kantor Gubernur Sasando Rabu (22/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kesempatan itu, mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden itu secara khusus mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi NTT yang bisa menahan laju pertambahan positif covid 19.
“NTT (masih) relatif aman dari ancaman yang serius, walaupun ada namun masih bisa ditangani. Mudah-mudahan yang masih dirawat bisa tertangani dengan baik dan cepat sembuh. (Karenanya) Perlu ada prioritas juga untuk kerja-kerja melayani masyarakat supaya Indonesia jangan setiap hari dipenuhi dengan berita covid terus-menerus sebab bisa buat tambah panik. Perlu ada berita pembangunan lain,” ujar Doniyang dikutip Tajukflores.com dari Humas Pemprov NTT.
Secara khusus Doni mengingatkan pemerintah Provinsi NTT untuk memperhatikan masalah Demam Berdarah Dengue di NTT.
“Mohon pa Wagub sampaikan kepada pa Gubernur agar tetap membersihkan selokan, sumur-sumur, kamar mandi sehingga masyarakat kita bisa terbebas dari demam berdarah,” ungkapnya.
Doni juga mengingatkan agar Alat Perlindungan Diri (APD) yang dikirim ke NTT supaya dicek ulang sehingga tidak terjadi perbedaan antara di pusat dan daerah agar tidak terjadi temuan dan pelanggaran hukum.
“Yang perlu dicek ulang adalah APD yang sudah dikirim ke NTT, menurut data kami ada 7.500. Tolong nanti dicek ulang sehingga tidak menimbulkan temuan BPK. Kalau rapid test, jumlahnya sudah sama. Kalau mungkin barangnya belum sampai, masih dibperjalanan, terselip atau mungkin dari pusat ada kekeliruan, harus dicek ulang dan segera dilaporkan,” ungkap Doni.
Halaman : 1 2 Selanjutnya