Ekonom Senior Rizal Ramli mengatakan bahwa kesulitan ekonomi Indonesia bukan saja karena Corona, tetapi lebih karena melambatnya pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi sejak satu setengah tahun sebelumnya.
“Hari ini kita dalam suasana sulit. Bukan hanya karena corona. Karena kami sudah memperkirakan sejak satu setengah tahun yang lalu, ekonomi Indonesia sudah melambat, sudah lampu kuning bahkan lampu merah,” ujarnya dalam diskusi virtual yang digelar Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) bertajuk “Indonesia Di Ambang Resesi Ekonomi”, Jumat (21/8).
Rizal juga mempersoalkan pernyataan menteri keuangan Indonesia, mengenai kondisi ekonomi Indonesia yang belum resesi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ada pernyataan tadi dari Menteri Keuangan yang tidak benar. Bahwa Indonesia belum resesi, karena pertumbuhan baru negatif kuartal II tahun 2020,” katanya.
Mantan Menko Ekonomi ini mengatakan , Indonesia saat ini sudah resmi memasuki masa resesi. Hal itu dikarenakan hitungan pertumbuhan ekonomi bukan secara tahunan (y-o-y). Perhitungannya adalah secara kuartalan (q-to-q) sebagaimana yang digunakan di seluruh dunia.
“Apa yang dilakukan pemerintah ini, dilaporkan sebagai minus 5,3 adalah negatif 5,3 dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2019. Istilahnya kuartal year on year. Itu sangat tidak lazim,” tandasnya.
Menurutnya, ekonomi Indonesia sudah resesi sejak pengumuman pertumbuhan pada kuartal kedua karena dua kuartal berturut-turut dua kuartal terkontraksi.
“Sejak kuartal pertama, ekonomi Indonesia sudah terkontraksi. Setelah dibandingkan secara kuartalan, antara kuartal I tahun 2020 dengan kuartal IV 2019, Indonesia mengalami kontraksi sebesar 2,41 persen (q-to-q),” ungkapnya.
Mengenai bagaimana ekonomi Indonesia di kuartal III, Rizal ramli mengatakan bahwa di kuartal ketiga ekonomi Indonesia bakalan bertumbuh negatif. Hal itu dikarenakan tidak adanya kebijakan pemerintah yang efektif mendongkrak perekonomian.
“Apakah kuartal III bakal negatif lagi. Mohon maaf, bakal. Karena tidak ada tanda-tanda kebijakan-kebijakan pemerintah efektif di lapangan,” katanya.
Prediksi mengenai negatifnya pertumbuhan ekonomi di kuartal III juga menurut Rizal, lebih disebakan oleh persentase pertambahan kredit dan penyerapan anggaran yang lemah. Pertambahan nilai kredit seharusnya minimal 15 sampai 18 persen.
“Dari segi fiskal realisasi anggaran rendah, hanya 20 %. Dari segi pertumbuhan kredit hanya 4 %,” ujarnya.
Terkait recovery atau pemulihan ekonomi, Rizal mengatakan bahwa proses pemulihan ekonomi Indonesia akan panjang. Hal ini disebabkan oleh penanganan yang lamban dan tidak efektif.
“Kemudian juga, pola penanganannya lambat. Sehingga recovery ini juga lebih lama. Bisa-bisa recovery-nya makan waktu sampai satu setengah tahun,” katanya.
Ia membandingkan penanganan Covid-19 di beberapa negara yang cukup berhasil sehingga tidak perlu waktu lama untuk proses pemulihannya. Sehingga untuk pemulihan hanya dibutuhkan waktu setengah tahunan.
Halaman : 1 2 Selanjutnya