Gerardus Gili, orang tua kandung Yohanes San Salvador Lado Gili menilai Kapolres Sikka AKBP Sajimin gagal membongkar praktik-praktik radikalisme dan intoleran yang terjadi di balik kasus anaknya.
Hal itu diutarakan Gerardus saat menggelar aksi damai menuntut penyelesaian kasus pemindahan agama Yohanes San Salvador Lado Gili di Kota Sikka, Senin (3/5).
“Sudah saya laporkan kepada Kapolres Sikka. Tapi, laporan saya diabaikan. Oknum-oknum itu dibiarkan bebas berkeliaran. Karena itu saya minta copot Kapolres Sikka,” kata Gerardus dalam orasinya, sebagaimana dilaporkan Suarasikka.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Yohanes San Salvador Lado Gili atau San merupakan mahasiswa IKIP Muhamadyah Maumere. Dia berpindah agama pada 22 Juni 2020. Dalam Akta Masuk Islam yang dikeluarkan Masjid Darussalam Waioti Maumere, namanya berubah menjadi Muhamad Ihsan Hidayat.
Pemindahan agama Yohanes San ini ditentang Gerardus kala itu, karena diduga anaknya terpapar paham radikalisme ormas terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) saat menjalani perkuliahan di kampus IKIP Muhamadyah.
Lebih lanjut, dalam orasinya Gerardus mengatakan benih-benih radikalisme dan intoleran di Kabupaten Sikka muncul bersamaan dengan pindah agama anaknya.
Selama setahun ini, dia menilai Kapolres Sajimin gagal membongkar praktik-praktik radikalisme dan intoleran yang terjadi di balik kasus anaknya. Pasalnya, ikhwal proses pindah agama anaknya, sudah sangat jelas dan terang.
Tak pelak, Gerardus pun menuding Kapolres Sikka sengaja membiarkan radikalisme dan intoleran tumbuh dan berkembang di daerah ini. Menurut Gerardus, terdapat beberapa aktor di balik proses pemindahan agama anaknya. Adapun aktor tersebut diduga kuat terlibat pada paham radikal dan intoleran.
Halaman : 1 2 Selanjutnya