Aktivis Judilherry Justam mengatakan kritik Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) seolah membangkitkan mahasiswa yang mati suri. Judilherry mengatakan, kritik BEM UI merupakan hal wajar sebagai bagian dari kebebasan berpendapat.
“Unggahan BEM UI mengagetkan, karena seolah kita melihat mahasiswa Indonesia ini udah tertidur, dan terasing dari masalah-masalah sosial di lingkungannya. Alhamdulillah,” kata Judilherry dalam webinar Narasi Institute bertajuk `Gerakan Mahasiswa dan Pengkhiatan Kaum Intelektual`, Jumat (2/7).
Sayangnya, kata Judilherry, apa yang dikritik BEM UI tidak disetujui semua pihak. Selain dipanggil rektorat UI, salah satu akademisi UI yang juga pendukung Jokowi, Ade Armando, bahkan menyebut pengurus BEM UI pandir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kemudian pihak yang tidak setuju dengan BEM UI, langsung stigmasisasi BEM UI sebagai kadrun, binaan PKS (Partai Keadilan Sejahtera), penganut (paham) wahabi tanpa argumen yang bisa dipertanggungjawabkan. Ini bagi saya, tidak sehat,” ujarnya.
Nangkula Utaberta, seorang aktivis mahasiswa era Orde baru mengatakan, kritik yang disampaikan BEM UI sebenarnya sudah ditunggu-tunggu banyak pihak. Seperti Judilherry, dia menilai gerakan mahasiswa saat ini cenderung mati suri.
“Dan alhamdulillah, ini suatu gerakan yang cukup positif ketika mahasiswa sudah bersuara. Jadi jangan sampai mati dan hilang fokusnya,” ujar guru besar di sebuah universitas di Malaysia ini.
Halaman : 1 2 Selanjutnya