Melihat Polemik Proyek Geothermal Wae Sano di Mabar, Apakah Berdampak Buruk bagi Lingkungan?

Sabtu, 2 April 2022 - 11:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Polemik proyek geothermal Wae Sano di wilayah Kecamatan Sanonggoang, Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terus berlanjut.

Baru-baru ini, kelompok yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng melakukan demonstrasi di depan Kantor Bupati Manggarai Barat, terkait adanya proyek energi panas bumi tersebut.

Dalam aksi tersebut, PMKRI bersama warga masyarakat Wae Sano, menyatakan menolak proyek geothermal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketua PMKRI Ruteng, Nardianus Nandeng menegaskan, penolakan dilakukan karena pihaknya melihat bahwa proyek ini tidak akan mendatangkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat setempat.

Selain itu, alasan penting lainnya ialah proyek tersebut hanya akan merusak keutuhan ekologi di wilayah tersebut dan akan mengancam masa depan warga yang ada di sekitarnya.

“Penolakan warga itu dilandasi dengan alasan yang jelas, yakni keselamatan ruang hidup warga dan masa depan anak cucu,” ujar Nandeng pada Rabu (2/2).

“Rencana penambangan panas bumi yang persis berhimpitan dengan pemukiman dan rumah adat, sumber air, lahan pertanian/perkebunan, fasilitas publik seperti sekolah dan gereja, itu tentu saja membawa ancaman besar bagi warga,” demikian Nandeng melanjutkan.

Baca Juga:  Magnet Wisata Dunia, Sudahkah NTT Wujudkan Sapta Pesona?

Warga Pernah Layangkan Protes ke Presiden

Penolakan terhadap adanya proyek geothermal ini memang sudah sangat lama dilakukan oleh warga masyarakat Wae Sano.

Bahkan pada 17 Juni 2021 lalu, mereka menyampaikan sikap penolakannya itu melalui surat terbuka yang ditunjukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dalam surat terbuka tersebut, ada beberapa pertimbangan yang mereka sampaikan kepada Presiden Jokowi terkait sikap penolakannya itu.

Pertama ialah soal potensi kehancuran ekologi di wilayah tersebut. Meski proyek ini berpotensi dapat meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah Pulau Flores, proyek geothermal tersebut sangat mengancam kehidupan warga dari kampung yang berada di sekitar lokasi proyek.

Ancaman tersebut sangat potensial akan terjadi. Sebab, keberadaan dari titik bor dan lokasi-lokasi instalasi proyek, seperti instalasi pembuangan limbah, sangat dekat dengan pemukiman dan fasilitas publik-warga.

Berdasarkan catatan atau data yang diperoleh dari laporan Haryanto & Supriatma pada 17 April 2020 lalu, diketahui sumur pengeboran di Kampung Lempe hanya berjarak 300 meter dari pemukiman warga dan hanya 20 meter dari sumber mata air

Baca Juga:  Gerakan Moral KAMI Terbantahkan, Ibarat Baru Bangun dari Mimpi

Sementara itu, di Kampung Nunang hanya berjarak 30 meter dari `Mbaru Gendang` (rumah adat), kemudian di Kampung Dasak berjarak hanya sekitar 25 meter dari fasilitas sekolah dan pemukiman warga.

Selain ancaman tersebut, hal lain yang menjadi pertimbangan warga sehingga menolak proyek tersebut ialah soal aktivitas ekstraktifnya yang dinilai akan berdampak destruktif bagi berbagai macam tatanan masyarakat baik soal tatanan ekonomi, sosial-ekologi, maupun tatanan kultural.

Seperti diketahui, warga lokal yang berada di sekitar Wae Sano memiliki relasi yang sakral dengan alam sekitarnya, baik secara individu maupun secara komunal. Kehidupan mereka dianggap sebagai bagian integral dari alam di sekitarnya. Karena itu, jika alamnya dieksploitasi, hal tersebut juga mengancam integrasi hidup mereka sendiri.

Diklaim Tidak Akan Merusak Lingkungan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Tajukflores.com. Mari bergabung di Channel Telegram "Tajukflores.com", caranya klik link https://t.me/tajukflores, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca juga berita kami di:

Berita Terkait

Digdaya PT Flobamor Kendalikan Pariwisata Taman Nasional Komodo: Tarif Naik, Kualitas Pelayanan Buruk!
Kurikulum Merdeka, Nasib Guru Bahasa Jerman di Ujung Tanduk
Menguak Aliran Dana Philip Morris, Pemegang Saham PT HM Sampoerna Tbk ke Israel
Menakar Kans Koalisi Pengusung Anies Baswedan Bubar Kala Demokrat-PDIP Tampil Mesra
Kontroversi dalam Karier Sutradara Film Porno Kelas Bintang, Dari Sinetron ke Film Dewasa
Romo AS: Kasus Pastor Bunuh Diri dan Dugaan Salah Urus Gereja
Ridwan Kamil, Misi Partai Golkar Rebut Jawa Barat dari Gerindra dan PDIP
Menjadi Konten Kreator Tiktok, Rela Alih Profesi demi Fulus
Berita ini 69 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 25 April 2024 - 21:07 WIB

Profil Romo Agustinus Iwanti, Pastor Paroki Kisol yang Kepergok Berduaan dengan Istri Orang dalam Kamar

Kamis, 25 April 2024 - 19:35 WIB

Heboh, Romo Pastor Paroki Kisol Diduga Tertangkap Basah Berduaan di Kamar dengan Wanita Bersuami

Kamis, 25 April 2024 - 18:33 WIB

Daftar 15 Bandara Internasional yang Berubah Status Menjadi Bandara Domestik

Kamis, 25 April 2024 - 17:35 WIB

Mendagri Tito Buka Suara soal Gibran Tak Hadiri Acara Penting di Surabaya

Kamis, 25 April 2024 - 17:23 WIB

Menhub Tetapkan 17 Bandara Internasional di Indonesia, Termasuk Bandara Komodo, Kertajati dan Sentani Papua

Kamis, 25 April 2024 - 14:56 WIB

Kewaspadaan yang Lebih Kuat: Imigrasi Indonesia Buka Hotline untuk Cek Aktivitas WNA Mencurigakan dan Status Hukum

Kamis, 25 April 2024 - 13:26 WIB

Pendaftaran Panwascam Pilkada 2024, Bawaslu RI Lakukan Perekrutan dalam 2 Tahap

Kamis, 25 April 2024 - 12:09 WIB

KPU Tetapkan Gaji dan Santunan untuk PPK Pilkada 2024, Berapa Besarannya?

Berita Terbaru

Bupati Manggarai Barat, Edi Endi (kiri) dan Menparekraf, Sandiaga Uno. Foto: Kompas

Politik

Di depan Edi Endi, Sandiaga Uno Ungkap ‘Salam Lanjutkan!

Kamis, 25 Apr 2024 - 20:27 WIB