Baru-baru ini, Bupati Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) Heribertus Nabit (Heri Nabit) membuat gaduh publik Manggarai dengan ucapan kontroversialnya.
Sebagaimana diberitakan oleh beberapa media lokal dalam jaringan di Manggarai, Heri Nabit membuat dikotomi di antara masyarakat Manggarai dengan kategori “Orang Kecil dan Orang Besar”.
Pengategorian tersebut diketahui dari tanggapan yang disampaikan oleh Heri Nabit soal polemik perekrutan Tenaga Harian Lepas (THL) di daerah tersebut yang syarat akan praktik nepotistik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ya satu dari sekian banyak. Kalau orang kecil lebih banyak, kenapa hanya satu yang diomong? Kalau orang kecilnya lebih banyak, boleh toh?,” ujar Heri Nabit.
Pernyataan itu disampaikan oleh Heri Nabit usai dirinya mengikuti pembukaan masa sidang II DPRD Manggarai pada Selasa (1/3) lalu.
Konteks dari munculnya pernyataan Bupati Manggarai tersebut ialah banyak pihak mempertanyakan alasan diangkatnya sejumlah orang untuk menjadi THL di Manggarai. Salah satu di antaranya ialah anak dari Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut (Heri Ngabut) berinisial FN.
Selain itu, orang-orang yang diangkat menjadi THL tersebut juga diketahui sebagian besar merupakan pihak yang menjadi tim sukses Heri Nabit dan Heri Ngabut ketika mereka bertarung dalam Pilkada pada 2020 lalu.
Proses perekrutan THL tersebut juga dilakukan secara tidak transparan atau tidak diketahui publik dan tanpa melalui prosedur yang jelas dan rasional.
FN (anak) Orang Besar?
Dari ucapan Heri Nabit tersebut di atas, dapat diketahui bahwa secara eksplisit atau secara langsung ia memandang bahwa sebagian besar orang yang diangkat menjadi THL di Manggarai ialah bagian dari orang-orang kecil.
Sementara itu, terkecuali di antara sejumlah THL yang diangkat, yakni anak Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut yang berinisial FN, Heri Nabit secara implisit atau secara tidak langsung memandangnya sebagai `orang besar`.
Meskipun Heribertus Nabit tidak secara langsung mengatakan itu, namun publik bisa membaca bahwa pengategorian yang dilakukan oleh dirinya itu ialah berdasarkan pada pola pikir bahwa pejabat dan keluarganya ialah orang-orang besar.
Sementara itu, yang berada di luar lingkaran tersebut, apalagi yang hanya berstatus sebagai masyarakat biasa ialah bagian dari orang-orang kecil.
Feodalisme
Kalau kita melacak sejarah pemikiran dan peradaban manusia, gaya berpikir dari Heri Nabit yang masih membuat dikotomi seperti itu ialah sama dengan cara pandang feodal atau feodalisme.
Feodalisme itu sendiri ialah suatu pandangan yang memberikan pembedaan dan pengategorian terhadap realitas sosial atau masyarakat dengan kategori “kaum bangsawan dan kaum non-bangsawan”.
Berdasarkan Oxford Learner`s Dictionary, feodalisme ini berkembang cukup signifikan di Eropa pada Zaman Abad Pertengahan atau Dark Age. Pada saat itu, sistem sosial di Eropa ditandai dengan adanya kekuasaan yang lebih besar di tangan tuan tanah.
Selain itu, ciri lain dari sistem feodalisme ini ialah adanya pengagung-agungan jabatan atau pangkat dan memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan atau pejabat.
Bahaya terbesar dari sistem feodalisme ini, sebagaimana juga terjadi di Eropa pada Abad Pertengahan ialah sering terjadi penyalagunaan kekuasaan dari penguasa atau pejabat.
Karena berpikir bahwa pejabat atau bangsawan ini memiliki status sosial yang lebih tinggi dari yang lain, mereka cenderung memakai kekuasaannya itu untuk melakukan kekerasan, penindasan, dan kesewenang-wenangan.
Halaman : 1 2 Selanjutnya