Perhimpunan Wartawan Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) mengecam Bripka Samsul Rizal, anggota polisi yang dianiaya Kapolres Mabar, AKBP Felli Hemanto. Pangkalnya, Samsul menyebut jika pemberitaan di media terkait kasus penganiayaan tersebut berbeda dengan keterangannya.
Pernyataan Samsul Rizal itu sebagai klarifikasinya atas kasus penganiayaan terhadap dirinya oleh Kapolres Mabar. Klarifikasi itu dimuat di situs resmi Polres Mabar, namun telah dihapus.
“Pernyataan Bripka Samsul Risal tersebut sangat menyesatkan dan memutarbalikkan fakta,” kata Ketua Perhimpunan Wartawan Manggarai Barat Marianus Marselus dalam keterangan pers yang diterima Tajukflores.com, Senin (30/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain mengecam Samsul Risal, Marianus mengatakan pihaknya juga mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk mengevaluasi kinerja Kapolres Mabar AKBP Felli Hermanto dan Wakapolres Mabar Kompol Sepuh Ade Irsyam.
“Di tengah persiapan ASEAN Summit 2023, mereka tidak mencerminkan sikap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kenyamanan dan keamanan di Manggarai Barat,” kata Marianus.
Kronologi
Marianus selanjutnya membeberkan kronologi kasus penganiayaan terhadap Bripka Samsul Rizal hingga dimuat di sejumlah media online.
Saat kejadian dugaan penganiaayan pada Kamis (26/1), Samsul menghubungi wartawan Fajartimur.com, Yoflan Bagang melalui telepon WhatsApp sebanyak tiga kali yaitu pukul 09.17 Wita, 09.18 Wita, dan 09.19 Wita. Panggilan Samsul tidak sempat diangkat Yoflan lantaran sedang meliput di Waterfront City Labuan Bajo.
Karena tidak diangkat, Bripka Samsul Risal mengirim rekaman suara WhatsApp. Dalam pesan itu, ia mengaku tengah dirawat di ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo dan meminta rekan media untuk menemui dirinya di ruangan tersebut.
Usai melakukan liputan, Yoflan menelpon balik dan menanyakan lokasi Bripka Samsul Rizal. Setelah dipastikan korban berada di rumah sakit, wartawan pun menuju ke RS Siloam.
Begitu tiba di rumah sakit, Yoflan dan rekannya dari media Voxntt.com Sello Jome masuk ke IGD RS Siloam Labuan Bajo. Penjagaan di rumah sakit sangat ketat sehingga tidak bisa semua wartawan masuk ke dalam IGD.
Saat bertemu Samsul, Sello Jome menanyakan pelaku pemukulan. Kepada Sello, Samsul menyebut nama Kapolres Mabar AKBP Felli Hermanto.
Sello Jome kemudian menanyakan, apakah korban ingin memberikan pernyataan kepada media atas peristiwa itu. Pertanyaan itu disampaikan wartawan sebanyak tiga kali. Korban pun menyatakan kesediaannya sebanyak tiga kali itu juga.
Wartawan pun mulai mewawancarai korban. Menurut Marianus, bukti rekaman wawancara masih tersimpan.
Selanjutnya, dalam kondisi terbaring, korban menjelaskan kronologi kejadian pemukulan yang dilakukan Kapolres Mabar. Dia mengaku dipukul dan ditendang saat melakukan tugas penjagaan di pos penjagaan dan belakangan diketahui karena masalah air.
Pemberitaan terkait penjelasan korban telah naik di beberapa media.
Setelah melakukan wawancara, selanjutnya wartawan Tajukflores.com, Ferdinandus Ambo sempat menelpon langsung ke nomor handpone Kapolres Manggarai Mabar untuk mengklarifikasi. Saat itu, panggilan telepon WhatsApp ke nomor Felli berdering tapi tidak ada respon.
Setelah menaikkan berita awal tentang korban, awak media menuju ke Mako Polres Manggarai Barat untuk mewawancarai Kapolres Mabar dan Kapolda NTT Irjen Johanis Asadoma yang saat itu sedang berada di lokasi tersebut.
Begitu tiba di Polres Mabar, awak media ingin menemui Kapolda NTT dan Kapolres Manggarai Barat. Namun, Wakapolres Manggarai Barat Kompol Sepuh Siregar yang menemui awak media dan memberikan klarifikasi terkait dugaan pemukulan oleh Kapolres Mabar.
Setelah mewawancarai Wakapolres, awak media tetap menanti Kapolda NTT di belakang mobil Johanis Asadoma yang berada di depan pintu masuk Polres Manggarai Barat.
Beberapa saat kemudian, Johanis terlihat berada di pintu lobi, namun masuk lagi ke dalam ruangan.
Sekitar 30 menit berlalu, Wakapolres Mabar mendatangi awak media dan mengatakan tidak ada door stop media karena itu urusan internal polisi. Dia menyebut tidak ada wawancara lagi karena sudah ada klarifikasi sebelumnya.
Wakapolres Mabar mencoba menghalangi awak media untuk tidak bertemu Kapolda NTT dengan mendorong awak media untuk menjauh dari mobil.
Halaman : 1 2 Selanjutnya