“Kalau kau mampu melawan Kae Anton, kenapa kau panggil pulang Deno Kamelus!”
Kalimat itu diutarakan calon petahana Bupati Manggarai Deno Kamelus saat deklarasi koalisi dari tiga partai politik pengusung PAN, Partai NasDem dan Partai Demokrat di Ruteng, Minggu (6/9).
Di depan massa pendukungnya, Deno menilai mantan Bupati Manggarai dua periode Christian Rotok telah melupakan sejarah masa lalu.
Ini dikaitkan Deno Kamelus dengan kata “baju bete” (baju yang sudah robek) yang dilontarkan Rotok dalam orasi politik deklarasi koalisi paket Heribertus Nabit-Heribertus Ngabut di Kelurahan Watu, Ruteng, Sabtu (5/9).
“Saya menghargaimu karena saya tahu berbalas budi. Tahu balas budi, Deno-Madur adalah manusia yang tahu berbalas budi. Sejarah perjalanan hidup saya, saya tahu, tahu ada di dalam, makanya saya menghargaimu. Tetapi kalau hari ini saudara menghina saya, maka saya hari ini…” lanjut Deno, sebagaimana dikutip dari akun Youtube @ema Djo, Sabtu.
Bupati Manggarai sekaligus calon petahana Deno Kamelus. Foto: Tajukflores.com/Ist
Deno dan Rotok yang dikenal dengan sebutan Paket Credo ini dua kali memimpin Manggarai yakni periode 2005-2010 dan periode 2010-2015. Di periode pertama, Deno-Rotok mengalahkan petahana Antonius Bagul Dagur. Di periode kedua, keduanya kembali mengalahkan pendatang baru yakni Hery Nabit, calon yang kini didukung Christian Rotok.
“Kau yang memanggil saya pulang… eta keta ulu kae daku, Pak Anton (Anton Bagul), karena kau tidak mampu melawan Pak Anton. Kalau kau mampu melawan Kae Anton, kenapa kau panggil pulang Deno Kamelus,” katanya.
Deno mengatakan Rotok dua kali membujuknya untuk pulang kembali ke Manggarai demi melawan Anton Bagul, yakni tahun 2002 dan 2004. Pada tahun 2002, dia mengaku menolak `lamaran` Rotok lantaran ingin menjadi profesor di bidang hukum di sebuah universitas tempat dia mengabadi di Kupang.
“Saksi sejarah adalah Hotel Flobamora atas, Naikoten (di Kota Kupang). Saksi sejarah. Kau tidak boleh melupakan sejarah. Kau tidak boleh berbohong. Kau tidak boleh melupakan masa lalumu. Tahun 2002 saya tidak mau. Cita-cita saya jadi profesor. Saya tidak mau pulang ke Mangggarai,” jelas Deno di depan para pendukungnya.
Tahun 2004 Rotok kembali membujuknya. Deno bercerita, saat itu Rotok mengirim orang demi orang demi membujuknya untuk mengalahkan Anton Bagul yang sebenarnya sulit dikalahkan waktu itu.