Penyuluh Pertanian Gunungkidul Budi Kuncoro mengatakan, puthul mempunyai siklus hidup sempurna (metamorfose sempurna) dari telur, larva (uret), kempompong, dan serangga dewasa atau kumbang (puthul).
Puthul meletakkan telur ke tanah pada kedalamaan 5-20 cm dengan ukuran kecil berwarna putih bening. Telur menetas menjadi uret bersamaan dengan perkecambahan padi. Uret berkembang baik yaitu ditempat yang banyak mengandung bahan organik. Telur menetas pada waktu 1-2 minggu.
“Hama uret yang paling merugikan pada fase larva, karena pada fase ini aktif menyerang tanaman padi. Gejala serangan yang ditimbulkan hama uret yaitu tanaman padi kelihatan layu, dan tanaman mudah dicabut karena sebagian atau seluruh akar dimakan,” kata Budi saat ditemui sepekan lalu.
Ia menjelaskan, setelah cukup memakan tanaman petani, uret menuju kedalaman tanah kurang lebih 10-30 cm. Lamanya uret didalam tanah berkisar kurang lebih 4-6 bulan. Bila suhu tidak sesui atau sangat kering, uret dapat mengalami proses inaktif yang disebut berdiapause.
Setelah berada di dalam tanah selama 2 bulan, uret ini akan bermetamorfosis menjadi kepompong. Saat berada dalam tanah, kepompong mampu bertahan sampai umur 2 bulan. Larva inaktif dan kepompong akan berkembang menjadi puthul setelah ada kelembaban yang cukup.
“Jadi, benar jika puthul ini akan kita jumpai pada masa awal musum penghujan. Pada kelembaban yang cukup, puthul akan keluar dan terbang mencari pasanganya untuk kawin,” jelasnya.
Budi menambahkan, pada musim penghujan pertama, merupakan saat pesta pora bagi hama puthul untuk melakukan musim kawin, setelah itu meletakan telur pada tanah-tanah yang gembur. Umumnya umur puthul kurang lebih 30 hari.
“Hama petani ini akan aktif pada malam hari, antara pukul 18.00–20.00 WIB. Tidak hanya padi, inang lain yang diserang uret ini antara lain tanaman jagung, kedelai, sorgum dan kacang tanah,” katanya.
Cara lainya pengendalian hama puthul dapat dilakukan dengan melibatkan semua komponen mulai petani, kelompok tani, dan aparat terkait. Cara penangkapanya dilakukan dengan penangkapan masal serempak di beberapa kawasan.
“Berburu puthul yang dilakukan masyarakat sebenarnya salah satu upaya pemutusan siklus puthul. Cara tersebut sangat efektif dan efisien dalam pengendalian hama puthul,” terangnya.
Sumber: RRI