Depok – Dua pekan lalu, saat langit Kota Depok sedang mendung, puluhan tamu keluar masuk kafe Kopi Bajawa Flores Depok. Langit mendung hari itu tak menyurutkan mereka berkunjung ke kafe yang terletak di Jalan Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat ini.

Di bagian depan, terdapat gambar Komodo pada tulisan Bajawa, mengisyaratkan kafe ini menjual nuansa daerah NTT.

Saat pintu dibuka, terdapat sejumlah kain daerah NTT terpampang rapi. Juga terdapat alat musik Sasando dan beberapa varian kopi dari Nusantara. Di bagian atap sebelum pintu masuk terdapat penggalan lirik lagu “Bolelebo Ita Nusa Lelebo”, lagu asal NTT yang bermakna persatuan dan kerukunan.

Begitu masuk ke bagian utama Kopi Bajawa Flores Depok, pengunjung disuguhkan dengan area yang luas, nyaman dan bernuasa kedaerahan NTT. Tampak peta Pulau Flores digambar dalam ukuran besar di atas lokasi live musik di kafe bekas gedung biskop Pancoran Mas ini.

Menjual nuansa daerah ke kota metropolitan. Inilah salah satu misi yang diusung Kopi Bajawa Flores Depok, salah satu dari tiga outlet kafe yang dirintis oleh Frans Atmaja dan David Liu sejak September 2021 lalu.

Kopi Bajawa Flores dibuka pertama kali di Tebet pada saat pandemi, tepatnya pada September 2021. Kemudian, pada awal 2022, Frans dan David membuka cabang kedua di Bintaro, Tangerang Selatan.

Saat hampir semua bisnis terkena imbas pandemi Covid-19, Kopi Bajawa Flores terus melakuakan ekspansi. Ini tidak terlepas dari sambutan postif konsumen Ibukota yang menjadi target market kafe ini.

Pada Juni 2022 lalu, Kopi Bajawa Flores pun dibuka di wilayah Depok. Bahkan, dalam waktu dekat, akan kembali menambah outlet di Jabodetabek.

“Dalam waktu dekat kami akan buka di Bogor. Alhamduillah, masih dalam proses,” ungkap Marketing Komunikasi Kopi Bajawa Flores, Septyana Nur Amalia, kepada Tajukflores.com.

Menurut Septi, sapaan akrab Septyana Nur Amalia, meski bernuansa daerah NTT, termasuk lokasinya berada di antara komunitas Orang Timur di Depok, pengunjung kafe ini rata-rata berasal dari berbagai kalangan. Demikian juga dua outlet terdahulu di Tebet dan Bintaro, pengunjunnya berasal dari beragam latarbelakang suku dan agama.

Ini berbeda dengan Libong Coffee di Jakarta Pusat misalnya, memilih melirik konsumen dari wilayah Timur sebagai segmen pasarnya.