“Kadang-kadang, ketegangan yang disertai kekerasan muncul di negara-negara karena mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan segala sesuatu, bahkan hal-hal yang seharusnya diserahkan kepada otonomi individu atau kelompok,” jelasnya.

Lebih lanjut, Paus Fransiskus menegur kelompok-kelompok yang memanipulasi agama sebagai alat konflik. Menurutnya, agama seharusnya menjadi pendorong perdamaian, dialog, dan rasa hormat antar umat manusia.

“Sayangnya, terkadang iman kepada Allah digunakan untuk menciptakan perpecahan dan kebencian, bukan untuk memajukan perdamaian dan persaudaraan,” kata Paus.

Paus Fransiskus menutup pidatonya dengan harapan bahwa setiap individu dapat menimba inspirasi dari prinsip-prinsip mereka masing-masing. Ia menggarisbawahi pentingnya komitmen terhadap kebaikan bersama dan kerukunan.

“Kerukunan dicapai ketika kita berkomitmen tidak hanya untuk kepentingan dan visi kita sendiri, tetapi untuk kebaikan bersama, dengan membangun jembatan, memperkokoh kesepakatan, dan menyatukan kekuatan untuk mengatasi penderitaan moral, ekonomi, dan sosial, serta memajukan perdamaian dan kerukunan,” tutupnya.

Pidato Paus Fransiskus ini merupakan bagian dari kunjungannya ke Indonesia, yang bertujuan untuk menguatkan hubungan antara Vatikan dan masyarakat Indonesia, serta memberikan inspirasi dalam menghadapi tantangan global saat ini.