Tajukflores.com – Pada tahun 2003, Kanada digemparkan oleh sebuah kasus pembunuhan yang mengerikan yang masih menyimpan banyak misteri hingga saat ini. Kasus ini dikenal dengan sebutan “Pembunuhan Bathtub Girls.”
Meskipun dua dekade telah berlalu, identitas sejati Linda Andersen dan kedua putrinya, Sandra dan Elizabeth Andersen, tetap menjadi teka-teki yang belum terpecahkan.
Ibu yang Terjebak dalam Alkoholisme dan Depresi
Linda Andersen adalah ibu dari tiga anak, yang tinggal di Mississauga, Ontario. Keluarganya terdiri dari Linda, putra Andersen yang menggunakan nama samaran, Bobby, dan dua putrinya, Sandra (berusia 16 tahun) dan Elizabeth (berusia 15 tahun) pada saat kejahatan terjadi. Keluarga ini hidup dalam bayang-bayang alkoholisme dan depresi ibu mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Linda, seorang teknisi sinar-X yang menganggur, telah terjebak dalam jeratan alkohol yang merusak kehidupannya. Kebiasaan minumnya menghabiskan sejumlah besar uang keluarga, yang membuat kedua putrinya merasa frustrasi.
Mereka menginginkan uang untuk memiliki barang-barang seperti pakaian yang lebih baik dan rumah dengan kolam renang, seperti yang tampak dimiliki oleh teman-teman mereka.
Rencana Pembunuhan yang Mengerikan
Sandra dan Elizabeth, yang muak dengan situasi keluarga mereka, membuat keputusan yang sangat mengerikan pada tahun 2003. Mereka merencanakan pembunuhan ibu mereka dan membuatnya terlihat seperti kecelakaan.
Mereka meracuni Linda dengan alkohol keras dan tablet yang mengandung kodein, yang memperlambat detak jantungnya. Kemudian, mereka menenggelamkannya dalam bak mandi.
Kedua saudari ini telah menceritakan rencana pembunuhan mereka kepada teman-teman mereka dan bahkan menggunakan mereka sebagai bagian dari alibi palsu mereka.
Setelah membunuh ibu mereka, keduanya pergi bersama teman-teman mereka ke restoran setempat sebagai upaya untuk membuktikan bahwa mereka tidak berada di rumah saat kejadian tersebut.
Penangkapan dan Persidangan
Pada awalnya, kedua gadis tersebut berhasil melarikan diri dari kejahatan mereka. Namun, kecenderungan mereka untuk membual tentang pembunuhan tersebut akhirnya menjadi bumerang bagi mereka.
Mereka dikirim untuk tinggal bersama bibi mereka, sedangkan saudara laki-laki mereka yang baru berusia tiga tahun dikirim untuk tinggal bersama anggota keluarga lainnya.
Kedua saudari ini bahkan mendapatkan asuransi jiwa sebesar $130.000 (setara Rp2.012.010.000), sementara saudara laki-laki mereka menerima $67.000 (setara Rp1.036.959.000). Ternyata, mereka mengetahui polis asuransi jiwa ibu mereka ketika mereka membunuhnya.
Salah satu gadis ini mengaku kepada teman laki-lakinya di sebuah pesta bahwa dia telah membunuh ibunya, sehingga temannya melaporkannya ke polisi.
Polisi berusaha mendapatkan pengakuan audio dari pemuda tersebut selama satu bulan, dan hal ini mengarah pada penangkapan mereka.
Sandra dan Elizabeth ditangkap pada bulan Januari 2004, dan mereka ditempatkan di pusat pemasyarakatan pemuda yang berbeda. Kedua gadis tersebut membuat rekaman pengakuan kejahatan mereka, dan pemeriksaan komputer di rumah mereka mengungkap rencana pembunuhan mereka serta efek pencampuran alkohol dan Tylenol-3.
Hukuman dan Kehidupan Mereka Setelah Penahanan
Sandra dan Elizabeth dijatuhi hukuman maksimal 10 tahun penjara karena pembunuhan tingkat pertama, tetapi mereka hanya menjalani enam tahun di penjara dan empat tahun di bawah pengawasan masyarakat.
Hakim Bruce Duncan menggambarkan kasus ini sebagai salah satu kasus terkuat yang pernah dia temui selama lebih dari 30 tahun karirnya.
Saat ini, kedua saudari itu telah menyelesaikan hukuman mereka dan hidup bebas. Sandra lulus dari universitas dan menjadi ilmuwan, sementara Elizabeth melanjutkan kuliah di sekolah hukum. Namun, masih belum jelas apakah dia akan diterima di bar mengingat riwayat kriminalnya.
Penulis : Redaksi Tajuk Flores
Editor : Alex K
Halaman : 1 2 Selanjutnya