Jakarta – Gangguan pada Pusat Data Nasional (PDN) akibat serangan siber ransomware telah meningkatkan kekhawatiran terkait keamanan siber, menurut Kaspersky, perusahaan keamanan siber multinasional yang terkenal dengan perangkat lunak antivirusnya.

Kaspersky mencatat bahwa selama lima tahun terakhir, ransomware telah berkembang dari ancaman terhadap komputer individu menjadi bahaya serius bagi jaringan perusahaan dan nasional.

Penjahat dunia maya kini fokus menargetkan korban dalam skala besar, alih-alih menginfeksi komputer sebanyak mungkin.

Tahun lalu, Kaspersky berhasil memblokir hampir 300.000 serangan ransomware yang menargetkan organisasi di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, Kaspersky memblokir 97.226 upaya serangan tersebut.

Baca Juga:  TikTok Shop Pegang Kendali, Bagaimana Nasib Seller di Tokopedia?

“Kemunculan kembali dugaan insiden siber ransomware yang menyasar lembaga-lembaga penting di Indonesia menunjukkan bahwa para pelaku kejahatan siber semakin terfokus dalam memilih target mereka,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky dalam keterangannya, dikutip pada Rabu (26/6).

“Organisasi perlu memahami dampak nyata dari setiap infeksi ransomware yang berhasil, baik secara finansial maupun reputasi,” tambahnya.

Baca Juga:  Respon Deklarasi Prabowo-Gibran, Hasto: PDIP Partai Banteng, Makin Semangat Ketika Ditekan

Kaspersky menyarankan agar dunia usaha mempertimbangkan solusi keamanan siber yang teruji efektivitas anti-ransomware oleh pihak ketiga. Penting untuk diingat bahwa tidak semua solusi keamanan siber diciptakan sama.

Untuk melindungi diri Anda dan bisnis Anda dari serangan ransomware, pertimbangkan rekomendasi berikut dari para ahli Kaspersky:

1. Jangan mengekspos layanan desktop/manajemen jarak jauh (seperti RDP, MSSQL, dll.) ke jaringan publik kecuali benar-benar diperlukan dan selalu gunakan kata sandi yang kuat, otentikasi dua faktor, dan aturan firewall untuk jaringan tersebut.