Ruang sidang Fraksi Golkar di DPR dipenuhi gelak tawa, Kamis (3/10) malam. Mereka menyambut “kemenangan” Bambang Soesatyo (Bamsoet) sebagai Ketua MPR RI dalam Rapat Paripurna.
“Hidup Golkar… hidup Golkar!,” teriak kader Golkar. Di tengah euforia itu, mereka menyanyikan lagu kebangsaan “Padamu Negeri” menyambut terpilihnya Bamsoet.
Tampak Bamsoet, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartato dan Aziz Syamsuddin terlihat duduk berdampingan dengan petinggi Golkar lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Terpilihnya Bamsoet mengakhiri drama pemilihan ketua umum yang diwarnai ketegangan, alot dan hujan interupsi. Selang beberapa menit sebelumnya, wajah Ahmad Muzani, penantang kuat Bamsoet terlihat sendu. Muzani yang ditunjuk langsung Prabowo Subianto, legawa setelah ketuanya itu bertemu dengan Megawati Soekarnoputri.
“Enggak (tak merasa kalah), MPR adalah salah satu alat perjuangan,” kata Muzani.
Terpilihnya Bamsoet juga menguak hubungan yang kian manis antara Prabowo dan Mega, tetapi sekaligus mengancam posisi Partai Nasdem di Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Bukan tanpa sebab, isu keretakan di tubuh koalisi berhembus. Pascapilpres 2019, Megawati dan Surya Paloh, Ketua Umum Nasdem mulai retak.
Cerita keretakan ini dimulai pada 22 Juli 2019 lalu. Empat ketua umum parpol dari KIK yakni Golkar, PKB, PPP dan Nasdem menggelar pertemuan di kantor DPP Nasdem, Gondangdia, Jakarta Pusat. Paloh mengajak Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Pelaksan tugas Ketum PPP Suharso Monoarfa.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya