Suatu ketika, di acara televisi nasional, Rocky Gerung membuat quote yang menarik. Kata dia, “kalau ada dua orang bertemu, berarti ada orang ketiga yang hendak disingkirkan”. Itu quote politik, sebab menyinggung orang-orang yang berkecimpung dengan jatah kekuasaan.
Manggarai tahun 2020, jatah kekuasaan siap diperebutkan lagi. Kalau omong soal petahana, dua orang politisi itu bertemu tiap hari untuk menjalankan tugas pemerintahan. Bupati Kamelus Deno dan Wakil Bupati Viktor Madur masih bersama-sama. Artinya belum ada “orang ketiga” di tengahnya. Masih dwi-tunggal, belum terdengar matahari kembar (setidaknya bersumber dari politisi an sich).
Sebab tak ada matahari kembar, diciptakanlah bayangan matahari. Semacam isu (tombo koe) bahwa mereka akan berpisah. Amplifikasi isu itu ditinggkatkan sehingga menjadi seakan-akan kehendak masyarakat. Dibicarakan terus-menerus (di medsos), tetapi isinya nihil.
Itu biasa dalam politik. Ribut-ribut mau Pilkada itu lumrah. Bukan “pesta” kalau tak ada ribut. Saling-silang isu, kritik bertubi-tubi, sumpah serapah, dan lain-lain menjadi kecap asin-manis politik. Sejauh orang tidak melepas pekerjaannya karena urus “politik”, itu baik-baik saja.
Semua itu bukan sisi gelap demokrasi. Warga negara yang dewasa secara politik akan paham dan mampu memaknai dinamika Pilkada secara bijak. Tak usah “baper”, sebab politik berurusan dengan logika, bukan sentimen; politik itu juga soal kalkulasi jasa, bukan hanya nominal uang. Meskipun akhir semuanya ditentukan oleh kalkulasi kumulatif angka pemilih.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.