“Warga bisa lebih hemat karena sebelumnya warga mengunakan lampu pelita untuk penerangan di malam hari, dengan biaya setiap bulan sekitar Rp100.000. Namun sejak listrik menyala warga membeli token Rp50.000 dan sampai sekarang belum beli lagi token. Selain itu untuk kegiatan ibadat gereja dengan membeli BBM di Betun Rp200.000 per bulan dan sekarang token Rp200.000 belum habis digunakan,” ungkapnya.
Sementara Bupati Timor Tengah Selatan Egusem Pieter Tahun berharapmasyarakat ikut serta menjaga aset milik PLN agar listriknya tetap menyala.
“Kalau ada pohon di bawah jaringan, harus sering dirabas agar tidak mengganggu aliran listrik. Kalau ada gangguan lapor ke PLN, jangan diperbaiki sendiri karena berbahaya.” katanya.
Hingga saat ini rasio desa berlistrik Kabupaten Timor Tengah Selatan telah mencapai 96,04 persen dan untuk desa berlistrik Provinsi NTT telah mencapai 94,09 persen hingga Juni 2020.
Halaman : 1 2