Roy Suryo, seorang pakar telematika mengecam keras tindakan gegabah yang dilakukan oleh Wedding Organizer (WO) bersama sejumlah fotografer dan pasangan calon pengantin yang turut serta dalam pemotretan prewedding yang berakhir dengan kebakaran di Bukit Teletubbies Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Sebagai seorang fotografer senior anggota HISFA dan mantan dosen fotografi, Roy Suryo menilai tindakan pelaku tidak hanya ceroboh, tetapi juga bodoh, mengingat perkembangan teknologi dalam dunia fotografi pada zaman sekarang.

“Sebab sebenarnya kejadian tersebut sama sekali tidak perlu terjadi musibah kebakaran, bahkan tidak perlu menggunakan perangkat pembuat asap dan api (flare) sungguhan yang berbahaya. Bahkan lebih ekstrim lagi kalau mau dikatakan tidak perlu harus jauh-jauh berfoto di area yang dilindungi konservasi alam tersebut,” kata Roy Suryo dalam keterangannya yang dikutip pada Kamis (7/9).

Roy mengatakan, dalam era teknologi yang telah berkembang pesat, tindakan semacam ini sebenarnya tidak perlu terjadi. Untuk menciptakan efek asap dan api yang diinginkan dalam foto, ada banyak metode yang lebih aman dan cerdas.

Sebagai contoh, penggunaan perangkat pembuat asap dan api sungguhan (flare) dapat mengakibatkan risiko yang serius, seperti yang terjadi dalam kebakaran ini. Sebaliknya, fotografer dapat dengan mudah mengambil foto dan melakukan pose di lokasi yang aman, lalu mengeditnya menggunakan perangkat lunak seperti Adobe Photoshop untuk menambahkan efek asap dan api yang diinginkan.

Lebih lanjut, untuk yang lebih praktis dan ekonomis, fotografer dapat menggunakan latar belakang studio polos yang kemudian diedit dengan hasil foto asap dan api dari sumber yang aman atau menggunakan berbagai sumber gambar yang tersedia di perpustakaan.