Keputusan DPP PDI Perjuangan untuk mencalonkan Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Walikota Solo (Cawalkot) menjadi perhatian berbagai kalangan, bukan hanya internal PDI Perjuangan tetapi juga publik nasional.
Media massa maupun media sosial menampilkan pencalonan ini dari berbagai sudut pandang. Sehingga pencalonan Walkot Solo kali ini menjadi perhatian nasional, bahkan level perhatian publik untuk pilkada Solo ini mungkin hanya sedikit dibawah DKI Jakarta.
Bahkan perhatian publik bahkan sudah dimulai ketika Gibran baru mendeklarasikan niatnya untuk terlibat di pilkada pada akhir tahun 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lantas, apakah pertimbangan keputusan pencalonan Gibran ini karena Gibran anaknya Jokowi, alias untuk membangun dinasti politik seperti yang diopinikan segelintir orang dan media?
Politisi PDIP Andreas Hugo Pareira memastikan pencalonan Gibran melalui keputusan yang matang berdasarkan pertimbangan yang rasional, termasuk melihat kompetensinya.
“Pasti tidak! Karena kalau partai seperti PDI Perjuangan mengusung Calon di Pilkada tentu pertimbangannya adalah untuk memperoleh dukungan dan memenangkan pilkada,” kata Andreas dalam rilis pers yang diterima Tajukflores.com, Selasa (21/7).
Menurut Andreas, bagi PDI Perjuangan memenangkan pilkada yang paling ideal adalah dengan kader partai yang mumpuni sehingga kepemimpinan di daerah tersebut bermanfaat untuk rakyat. “Dan pada akhirnya dengan kader yang sukses memimpin daerah akan mengharumkan nama partai, meningkatkan elektoral partai dan terjadi proses kaderisasi untuk kelanjutan kepemimpinan partai baik daerah maupun nasional,” ujarnya.
Andrea mengatakan argumentasi membangun dinasti politik dalam alam demokrasi yang terbuka sebagaimana yang berlangsung di Indonesia saat ini menjadi tidak relevan.
Menurutnya, dalam sistem pemilihan langsung, yang memutuskan seseorang terpilih atau tidak adalah rakyat. Dinasti hanya berlaku pada sistem monarki atau sistem totaliter sebagaimana yg dipraktekan Korut saat ini.
Halaman : 1 2 Selanjutnya