Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dr Teda Litik menegaskan pelaku perjalanan bukan satu-satunya penyebab penyebaran Covid-19 di NTT. Dia berharap masyarakat tak selalu menyalahkan pelaku perjalanan sebagai penyebar COVID-19 di daerah itu.
“Mengapa kita bisa menangkap kasus positif dari para pelaku perjalanan? Sebab mereka dites, sementara orang-orang di dalam daerah yang tidak kemana-kemana tidak pernah dites. Apakah ada jaminan mereka tidak positif?” kata Teda Litik di Kupang, Kamis, (3/9) lalu.
Dia mengemukakan hal itu, terkait meningkatnya kasus COVID-19 di daerah itu selama tiga hari terakhir, dimana umumnya pasien merupakan pelaku perjalanan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selama tiga hari terakhir, sejak 31 Agustus hingga 2 September 2020, jumlah kasus COVID-19 di NTT bertambah dari 179 pada 31 Agustus menjadi 202 orang hingga 4 September.
Menurut dia, semua pelaku perjalanan selalu diwajibkan untuk mematuhui protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak dan juga melakukan tes cepat. Sementara orang-orang yang ada di dalam daerah sendiri, kata dia, tidak pernah dilakukan tes cepat.
“Apakah ada jaminan bahwa orang-orang di dalam daerah yang tidak pernah tes ini tidak positif?” katanya dalam nada tanya.
Sebagai dokter, kata dia, dirinya sangat prihatin dengan gambaran di depan mata seperti saat ini, dimana sejak era adaptasi kebiasaan baru pada 15 Juni, sepertinya kehendak bebas masyarakat menjadi “panglima” sekehendak mereka saja.
Halaman : 1 2 Selanjutnya