3. Transfusi darah
Selain dua kegiatan diatas, penularan hepatitis pun dapat terjadi melalui transfusi darah. Meski begitu, rute penyebaran virus ini hanya berlaku pada hepatitis B, C, dan D.
Terlebih lagi, virus hepatitis C hanya bisa menular lewat rute parenteral, yaitu kontak langsung dengan darah yang terinfeksi. Pasalnya, baik virus hepatitis B, C, dan D hanya terdapat di dalam darah atau cairan tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Itu sebabnya, penerima donor darah, rutin menjalani pengobatan dengan transfusi darah, atau transplantasi organ lebih berisiko terinfeksi hepatitis.
Bila berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tentu dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit hati yang serius, seperti sirosis, kanker hati, dan gagal hati.
4. Berhubungan seks
Pada dasarnya virus hepatitis tidak dapat ditularkan lewat interaksi kontak biasa, seperti sentuhan kulit saat berpelukan atau berciuman. Sayangnya, hal ini tidak berlaku ketika berhubungan seks dengan pasien yang terinfeksi, terlebih jika tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Berhubungan seks ternyata menjadi salah satu penyebaran virus hepatitis A dan B yang paling sering terjadi. Risiko penularan akan semakin tinggi ketika aktivitas seksual dilakukan bersama dengan injeksi obat-obatan terlarang.
Penularan ini tidak begitu banyak terjadi pada hepatitis C. Hal ini dikarenakan HCV adalah virus RNA yang tidak ditemukan dalam cairan tubuh, seperti sperma, cairan vagina, urine, atau feses, sebagaimana HBV.
5. Penggunaan alat sehari-hari secara bergantian
Penggunaan alat cukur, silet, dan sikat gigi bersama dengan orang yang terinfeksi hepatitis.
Ketiga hal di atas mungkin memang menjadi cara penularan virus yang paling jarang dijumpai. Meski begitu, Anda tetap harus berhati-hati dan menjaga kebersihan diri sendiri untuk mencegah virus hepatitis.
Halaman : 1 2