Logika Mistika, Garis Tangan dan Pilkada

Selasa, 10 September 2019 - 15:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebagian komunitas politik lokal di Indonesia masih yakin bahwa kelahiran pemimpin politik seperti bupati tidak hanya didukung oleh faktor-faktor seperti elektabilitas, kapabilitas, polularitas dan kemampuan finansial, melainkan juga “garis tangan.”

Narasi ini diperkuat dengan kemenangan sentimen religius dan suku dalam kontestasi lokal.

Narasi ini diyakini berada di luar kontrol nalar politik. Menjadi pemimpin sudah ditentukan nasib, bahkan sudah sejak sedia kala. Sudah ada orang di tiap zaman. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penulis di Ruteng Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Agustinus Edward Tasman menulis artikel berjudul, “Pilkada Mabar dan Diskursus Politik Garis Tangan” yang dipublikasikan Vox NTT

Edward mengeritik “logika mistika” (bdk. Tan Malaka “Madilog”: 1946) yang menguasai perbincangan lokal, faktum yang mengalahkan nalar politik (rational discourse). Nalar politik loyo di hadapan tahayul. 

Kritik Edward diarahkan pada komunitas politik yang justru bersembunyi di balik “logika mystica” saat tindakan dan pilihan politis mereka dipertanyakan. 

Baca Juga:  Capres Militer Berpeluang Menang di Pilres 2024, Andika Perkasa Bisa Geser Prabowo

“…ini kekalahan telak nalar berhadapan dengan takhayul dalam politik kita,” tulis Edward. 

Menurut Tan Malaka, logika mistika merupakan fase sejarah pemikiran dimana mitos mengalahkan logos, yang dipengaruhi sejarah “penjajahan” yang dialami bangsa Indonesia. Di masa penjajahan, masyarakat cenderung berpikir secara pasif dan mengalah pada nasib.

Dalam fase epistemik ini, massa cenderung jatuh pada tahayul. Pada fase ini, keyakinan pada kekuatan gaib, mantra, doa-doa, sesajen dianggap sebagai cara untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup. 

Peran dukun, cenayang, tukang tenung, pawang dan syaman menjadi penting. Mereka adalah sumber pengetahuan dan kadangkala dekat dengan kekuasaan.

Syaman, misalnya, menjadi narasumber untuk memecahkan masalah berbahaya dan penting. Bagi Tan, logika mistika perlu diperbaharui dengan pendekatan sains, yakni cara berpikir berdasarkan materialisme, dialetika dan logika (madilog) yang merupakan ciri komunitas politik modern. 

Baca Juga:  Panas di Medsos, Warga Manggarai Perlu Belajar dari Mabar

Lantas, apakah fenomen hari ini menjelaskan kekalahan nalar politik di hadapan logika mistika? 

Menurut saya, logika mistika dalam kontestasi lokal bukanlah kemerosotan nalar politik yang konon dialektis dan materialis itu, melainkan menjadi bagian narasi  politik lokal. 

Di Manggarai Raya, Nusa Tenggara Timur misalnya, terdapat beberapa kebiasaan berbau logika mistika. Sebut saja tradisi Selek, Wu’at Wai, dan Teing Hang. 

Selek merupakan persiapan yang dilakukan sebelum berperang di tempo dulu. Petarung dibekali dengan “sesuatu” dan tokoh karismatik (syaman) meminta dukungan Tuhan dan leluhur agar yang berperang bisa selamat dan menang. 

Jika politik bak perang, Selek menjadi ruang mistis antara si calon, pendukung dan leluhur serta Tuhan yang ia yakini, agar ia bisa memenangkan kontestasi. Kekalahan diantitipasi sebagai nasib karena melanggar “itang”, atau tanda-tanda yang dikirim leluhur. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Tajukflores.com. Mari bergabung di Channel Telegram "Tajukflores.com", caranya klik link https://t.me/tajukflores, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca juga berita kami di:

Berita Terkait

Thomas Dohu Ditunjuk sebagai Sekretaris Partai Nasdem Manggarai
Daftar Cagub di PAN NTT, Emi Nomleni: Kalau Pak Herman Hery bukan Kader PDI Perjuangan, Saya Lawan!
Prabowo Ungkap Rahasia, ternyata Jokowi yang Persiapkan Dirinya Jadi Presiden
Pilkada Mabar 2024, PAN Minta Balon Bupati yang Sudah Mendaftar Abaikan Rumor Petahana Lawan Kotak Kosong
Megawati Minta Kader PDIP Tak Bohong dan Gombal, Sindir Siapa?
Bukan Mau Lawan Edi Endi, Marsel Jeramun Ungkap Alasan Daftar di Pilkada Mabar 2024 Lewat Banyak Partai
Kalah di Pilpres, Surya Paloh Ungkap Alasan Tak Mau Jadi Oposisi Prabowo-Gibran
Di depan Edi Endi, Sandiaga Uno Ungkap ‘Salam Lanjutkan!
Berita ini 131 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 29 April 2024 - 20:45 WIB

Bantah Pernyataan Kemenkes soal Alasan Pemecatan Ratusan Nakes non-ASN, Kadinkes Manggarai: Saya Tidak Menyampaikan Alasan Pemecatan

Senin, 29 April 2024 - 15:28 WIB

Isi Percakapan WhatsApp Romo Agustinus Iwanti dan Mama Sindi, Ngambek Dijawab Singkat saat Minta Makan Malam di Rumah

Senin, 29 April 2024 - 15:10 WIB

Klarifikasi Bapa Sindi, Curiga Lihat Mama Sindi Mengendap Masuk Kamar Romo Agustinus Iwanti

Senin, 29 April 2024 - 14:31 WIB

Romo Agustinus Iwanti Menangis dan Memohon Ampun kepada Bapa Sindi Usai Kepergok Tidur Bareng Mama Sindi

Senin, 29 April 2024 - 14:04 WIB

Klarifikasi Bapa Sindi: Syok dan Menangis Pergoki Romo Agustinus Iwanti dan Mama Sindi Tidur Bareng dalam Selimut!

Minggu, 28 April 2024 - 14:04 WIB

7 Fakta Kasus Romo Agustinus Iwanti, Berhubungan dekat hingga Diisukan Selingkuh dengan Mama Sindi

Jumat, 26 April 2024 - 21:30 WIB

Penjelasan Lengkap Beserta Kronologi Kejadian Pastor Paroki Kisol yang Diberitakan Bersama dengan Istri Orang dalam Kamar

Jumat, 26 April 2024 - 20:47 WIB

Berhubungan Baik sejak 2022, Pastor Paroki Kisol Anggap Suami dan Wanita yang Diberitakan Bersamanya sebagai Keluarga

Berita Terbaru