Perbaikan jalan provinsi tersebut, kata dia, tidak seluruhnya dengan konstruksi aspal hotmix atau Hot Roller Sheet (HRS) tapi dikombinasikan dengan Grading Operation (GO) atau pengerasan jalan dengan membuat lapisan berbutir dari sertu gunung atau kali, serta GO plus yakni dengan modifikasi struktur yang dicampur dengan semen dan zat adiktif.
“Apabila menggunakan aspal semua maka dibutuhkan dana lebih dari Rp4 triliun . Sementara anggaran Pemprov NTT terbatas sehingga dibuat kombinasi seperti ini. Biayanya terjangkau dan konstruksinya juga sesuai spesifikasi Bina Marga. Ini untuk menjawab kebutuhan masyarakat NTT,” tegasnya.
Menurut Maxi Nenabu, penyelesaian ruas jalan provinsi menggunakan tiga sumber anggaran penyelesaian yakni Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan pinjaman daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Khusus untuk pinjaman, ada dua sumber yakni dari Bank NTT sebesar Rp149,7 miliar untuk 15 ruas jalan dengan panjang 108 km dan pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) senilai Rp189,7 miliar untuk 16 ruas jalan sepanjang 153 km.
“Untuk pinjaman dari Bank NTT sudah dikontrakan sejak bulan April. Sementara dari PT SMI sementara berproses untuk dikontrakan karena masih menunggu rekomendasi amdal dari instansi teknis karena sejumlah ruas jalan harus melintasi kawasan hutan,” kata Maxi Nenabu.
Halaman : 1 2