Bagi saya, dengan upacara ini tidak hanya merasa bangga karena merasa satwa ini telah kembali, tapi kita ingin semua masyarakat merasa memiliki satwa ini,” ujarnya.
Satwa komodo ini, lanjut Nono, sangat rentan terhadap kepunahan. Oleh karena itu, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemerintah agar punya tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan satwa ini.
Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT Timbul Batubara, mengaku bangga dengan penyambutan kepulangan komodo dengan ritual adat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami bangga bahwa di acara adat ini, kita mengungkap ada warisan kita yang hilang dan datang lagi. Ini sesuatu yang membanggakan kita semua,” kata Timbul melansir Kompas.com.
Satwa komodo ini, lanjut Timbul, merupakan endemik dan harta warisan serta kekuatan adat leluhur masyarakat Riung, karena tidak dimiliki di tempat lain.
“Tidak sembarang orang mendapat warisan seperti ini. Gubernur NTT sudah bilang bahwa, komodo seperti ini tidak ada di dunia lain, sehingga orang ingin memiliki satwa ini,” kata Timbul.
“Kalau punah, maka hancur kita karena tidak ada lagi yang bisa kita banggakan. Karena itu mati kita jaga bersama komodo, termasuk pakan komodo,” tutupnya.
Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara mengatakan, pihaknya akan mengawasi selama tiga hari hingga seminggu dan selanjutnya akan dilepasliarkan.
“Kita masih menyesuaikan cuaca, makanannya, sehat, nyaman dan dipastikan sifat liarnya, baru komodo bisa dilepasliarkan,” kata Batubara.
Sebab kata Batubara, kalau komodo tidak ada sifat liarnya, dikhawatirkan akan dimangsa sesama komodo atau ular. Selain itu, komodo yang akan dilepas nanti juga harus sehat, makanya pihak BBKSDA juga melibatkan dokter satwa.
Halaman : 1 2