Sepanjang pengalaman saya beracara di Mahkamah Konstitusi (MK), saya pikir persidangan permohonan keberatan pemohon 02 (Prabowo Subianto-Sandiaga Uno) adalah persidangan terburuk yang pernah terjadi dalam proses persidangan di MK.
Pemohon 02 menjadikan palagan MK sebagai kontestasi politik, yang jauh dari substansi hukum. Mereka menjadikan setiap tahapan persidangan sebagai panggung politik melalui retorika-retorika yang penuh dengan hoaks serta ujaran kebencian yang berdasarkan prasangka belaka.
Untungnya kita punya hakim-hakim MK yang ternyata sangat akomodatif dan sabar di dalam menjalani setiap tahapan pemeriksaan perkara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tanpa kita semua sadari persidangan Mahkamah telah mampu mempertontonkan betapa buruknya kualitas permohonan keberatan pemohon 02. Secara terang dan kasat mata, kita semua melalui layar kaca TV dapat melihat bahwa pemohon terbukti gagal di dalam menguraikan dasar dan dalil-dalil permohonannya. Postur gugatan, sangat tidak lazim dan jauhbdari substansi hukum.
Pemohon 02 juga terlihat kesulitan dalam menghadirkan alat-alat bukti dalam persidangan sehingga menjadi permasalahan tersendiri yang menjadi bagian dari pencermatan hakim, sehingga pada akhirnya 94 box container dokumen bukti yang trrkait dengan hasil penghitungan di 31 provinsi dibatalkan menjadi alat bukti pemohon 03.
Bahkan yang menjadi puncak kegagalan tatkala pemohon menjadikan panggung MK sebagai parodi dg menghadirkan saksi-saksi yang tidak memiliki kualifikasi dan kapasitas menurut hukum.
Di satu pihak saya senang, karena yakin kami (kubu Jokowi-Ma`ruf Amin) akan mendapatkan kemenangan, insya Allah tanpa mendahului rencana Allah SWT kami yakin seyakin-yakinnya permohonan pemohon 02 akan ditolak oleh MK.
Tapi di pihak lain saya prihatin, ini persidangan terburuk sepanjang sejarah MK didirikan, tidak terlihat kesungguhan pemohon di dalam membuktikan dalil-dalinya, bahkan persidangan kemarin cenderung memperlihatkan pelecehan terhadap forum MK yang sakral.
Halaman : 1 2 Selanjutnya
