Rohaniwan Katolik Romo AS ditemukan meninggal dunia di kamarnya pada Kamis (16/2) pagi, diduga akibat bunuh diri. Jenazah pemimpin sebuah sekolah swasta di Kabupaten Manggarai itu ditemukan dalam kondisi berdiri di dekat jendela kamarnya.

Di tengah banjir ucapan duka cita di media sosial, terdapat juga umat Katolik yang menyerukan adanya penyelidikan lebih lanjut. Seruan itu tentu bukan mengada-ada, sebagian besar umat Katolik jarang dan bahkan baru pertama kalinya mendengar kasus pastor bunuh diri di Indonesia.

 https://cdn.tajukflores.com/posts/1/2023/2023-02-17/4477b6ae15b55e3ee7cdfd3c069d4d29_1.jpg

Di sisi lain, kasus Romo AS juga menimbulkan kecemasan tersendiri bagi umat. Ini berangkat dari pandangan bahwa seorang pastor merupakan `wakil Tuhan/manusia super` dan bunuh diri merupakan satu hal yang mustahil dilakukan seorang rohaniwan.

https://cdn.tajukflores.com/posts/1/2023/2023-02-17/2de55fb2caa45f7d3dcdd892eecc9811_1.jpg

Antara Dugaan dan Salah Urus

Hampir mirip dengan kasus Romo AS, kasus pastor bunuh diri sebenarnya pernah menimbulkan kekhawatiran akan kesehatan mental pastor Katolik di Brasil. Hal itu muncul ketika sembilan pastor di negara dengan mayoritas pemeluk agama Katolik itu melakukan aksi bunuh diri pada tahun 2021.

Menurut laporan Crux, penyebab utama pastor bunuh diri ialah depresi kerja dan sindrom kelelahan. Selain itu, para pastor menghadapi beban kerja yang berlebihan dan budaya kelembagaan yang seringkali dapat memicu kesepian.

Baca Juga:  Kontroversi dalam Karier Sutradara Film Porno Kelas Bintang, Dari Sinetron ke Film Dewasa

Unsur lain tampaknya terkait dengan respon gereja yang kuat dan cepat dalam kasus dugaan pelecehan seksual. Khawatir akan skandal media sosial, beberapa imam–bersalah atau tidak-tampaknya menghadapi kesulitan dalam menangani protokol baru Gereja.

Kasus terbaru terjadi pada 7 November 2021, ketika Pastor José Alves de Carvalho ditemukan tewas di rumah paroki di kota Bom Jesus, di Negara Bagian Piauí. Imam berusia 43 tahun itu dituduh melecehkan seorang gadis berusia 14 tahun, yang mengakibatkan penangguhan pesanan secara ad cautelam, sehari sebelum dia bunuh diri.

Dugaan salah urus gereja dalam kasus seperti De Carvalho dikritik keras dalam sebuah teks yang mulai beredar di media sosial tak lama setelah kematiannya. Pesan utama surat itu adalah bahwa para imam harus lebih mencintai diri mereka sendiri daripada gereja.

“Saudaraku, pastor mana pun bisa menghadapi situasi seperti itu. Sebuah kecaman, bahkan tanpa bukti apapun, jika ditujukan kepada seorang uskup diosesan dapat menyebabkan penangguhan yang sama yang dikenakan kepada Pastor José,” demikian postingan yang dibagikan oleh puluhan anggota klerus dan umat awam Katolik pada 2021, mengutip Crux.

“Saya memikirkan saudara laki-laki, yang saya temui yang diskors dan tidak bisa berbuat apa-apa. Saudara yang selalu dan selalu tidak bersalah,” lanjut teks itu.

Baca Juga:  Berubah Merebut Tahta, Hery Nabit Menunggu Restu PDIP?

Penulis mengatakan bahwa struktur Gereja Brasil tidak memiliki “waktu untuk atau memprioritaskan perawatan para imam” dan menyebutkan beberapa kesulitan yang dihadapi oleh para klerus.

“Kami adalah pengusaha dan karyawan berjubah. Tidaklah cukup untuk mengasihi gereja. Itu tidak cukup untuk membuat kita tetap hidup dalam menghadapi begitu banyak tantangan keimaman yang dipaksakan oleh era saat ini kepada kita. Yang terbaik yang gereja dapat lakukan adalah berdoa bagi kita. Ia jarang menampung kami, jarang mendengarkan kami, tidak tahu bagaimana menjaga, tidak punya waktu untuk mencintai,” tulis artikel itu.

Pastor Lício Vale, seorang psikolog dan ahli bunuh diri, mengatakan beberapa imam tampaknya menderita sesuatu seperti “paranoia punitivisme,” karena gereja mengambil sikap tegas mengenai hukuman bagi pelaku.

“Saya pikir Gereja sedang melalui proses adaptasi. Dari budaya tidak menghukum pelaku, itu berubah menjadi kekakuan total. Itu adalah proses yang penting, mengingat para pelanggar harus dihukum. Tetapi para imam yang dituduh secara salah harus diberi kompensasi, termasuk dengan ganti rugi publik,” katanya kepada Crux.

Ketakutan jatuh ke dalam aib publik tampaknya membuat beberapa pastor putus asa, tambah Vale.