Pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga menilai Ketua DPR Puan Maharani gila hormat lantaran tak disambut gubernur ketika berkunjung ke daerah. Sebagai Ketua DPR, kata dia, tentu aneh bila Puan masih berharap disambut gubernur.
“Gubernur sebagai eksekutif di daerah tidak punya kewajiban untuk menyambut Ketua DPR (legislatif) yang berkunjung ke daerahnya,” kata Jamiluddin dalam keterangannya, Minggu (13/2).
Menurut Jamiluddin, Puan tampaknya tidak bisa membedakan seseorang itu sebagi gubernur dan kader partainya. Sebagai kader partai, memang harus menyambut petinggi partainya. Namun kader tentu tidak harus menyambut seorang Ketua DPR RI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apalagi di era demokrasi ini, sambung Jamiluddin, persoalan sambut menyambut seharusnya sudah diminimalkan.
“Pemimpin itu bukan untuk dihormati, tapi bekerja untuk kepentingan rakyatnya. Karena itu, pemimpin yang gila hormat sudah tak layak di negara demokrasi. Pemimpin seperti ini hanya wah di seremonial tapi minim prestasi kerjanya,” ujarnya.
Dalam kacamata Jamiluddin, pemimpin yang suka disambut umumnya di negara otoroter. Pemimpin bangga dielu-elukan. “Apa ini yang memang dikehendaki Puan? Kalau itu, Puan tampaknya tak cocok me jadi pemimpin di era demokrasi,” katanya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya