Untuk bisa sampai ke tempat ini memang tidaklah mudah karena posisinya yang berada di atas gunung. Pengunjung perlu tracking menyusuri jalan setapak, membelah hutan hingga menyusuri sungai sejauh 6 kilometer.
Wisatawan harus mempersiapkan kondisi tubuh yang bugar, karena di mulai awal pendakian, langsung disuguhkan dengan tanjakan yang tiada henti.
Namun, setibanya di Desa Wae Rebo, rasa lelah itu akan terbayar. Hal pertama yang menjadi perhatian wisatawan adalah tujuh rumah adat yang menjadi ikon dari Desa Wae Rebo, yakni Mbaru Niang yang berbentuk kerucut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, hamparan rumput hijau yang dikelilingi pegunungan lengkap dengan kabut juga menjadi pesona wisata tersendiri sehingga memberikan kesan magis namun damai, tenang, dan sejahtera.
Berbagai acara adat yang dilakukan setiap tahunnya juga menjadi satu keunggulan wisata tersendiri. Salah satunya adalah upacara persembahan untuk roh yang menghuni tempat Wae Rebo yang dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Juni dan Oktober.
Selain itu, ada pula upacara pernikahan dan upacara kelahiran masyarakat setempat yang menarik untuk disaksikan secara langsung. Dengan eksotisme alam dan budaya Desa Wae Rebo, maka tidak heran jika mereka mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada Agustus 2012.
Halaman : 1 2