Tajukflores.com – Bagi Jack Bouk, perjalanan hidup merupakan tentang tekad dan ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan. Lahir di daerah yang cukup terpencil di Besikama, Kabupaten Malaka Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jack membuktikan bahwa latar belakang bukanlah penghalang untuk mencapai kesuksesan.
Kini, Jack telah mengukir jejak suksesnya sebagai seorang pengusaha yang menginspirasi banyak orang. Namun, awalnya, jalan yang membawanya ke kesuksesan itu tidaklah mudah.
Jack lahir dari keluarga sederhana. Orang tuanya merupakan nelayan. Sejak kecil, Jack memiliki semangat petualang dan sering kali membuat masalah di lingkungannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Waktu kecil, om saya bertanya, kamu mau jadi apa. Waktu itu saya bilang mau merantau saja lah,” kata Jack Bouk saat membagikan kisahnya dalam sharing session dengan keluarga rantau Flobamora di Sekretariat Forum Komunikasi Masyarakat Flobamora (FKM Flobamora) Jakarta di Amuya Cafe-Graha Kana, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu malam, 21 Oktober 2023.
Setelah lulus dari SMA di Malaka pada tahun 1985, Jack memutuskan untuk hijrah ke Bali untuk melanjutkan pendidikannya. Namun, kendala finansial sering kali menghambatnya, karena kiriman uang dari keluarganya seringkali terlambat.
Namun, pada tahun kedua di Bali, Jack mendapatkan tawaran untuk bekerja di Taiwan. Sayangnya, saat sampai di Jakarta, ia dan sepupunya mengalami penolakan visa. Dari 12 orang yang berangkat, hanya mereka berdua yang ditolak.
Saat sampai di Jakarta, Jack berpikir untuk tetap bertahan dan mencari jalan untuk menghidupi dirinya. Ia tidak ingin pulang ke Timor, karena takut dicemoohkan oleh orang. Itulah saat awal perjuangan hidupnya.
Joki Plastik
Pada awalnya, Jack berpikir untuk menjadi seorang petinju setelah melihat sosok Ellyas Pical di televisi. Namun, setelah mencoba mencari sasana tinju di daerah Thamrin, Jakarta Pusat, selama dua minggu tanpa hasil, Jack memutuskan untuk mencari pekerjaan lain.
Pekerjaan pertamanya adalah sebagai joki plastik bekas. Dengan upah awal hanya Rp50.000, ia bekerja keras.
“Jadi, kita semua mengumpul plastik bekas yang ada di Jabodetabek. Kita sortir, lalu kita proses,” kata pria bernama lengkap Yakobus Bouk ini.
Namun, ketika ia mendengar bahwa ada yang mendapatkan upah hingga Rp500.000, ia bertekad untuk mencapai pencapaian yang sama. Setahun kemudian, ia berhasil menjadi pemimpin kelompok yang digaji Rp500.000.
Penulis : Marcel Gual
Editor : Marcel Gual
Halaman : 1 2 Selanjutnya