Elisabeth kemudian mengisahkan, dirinya bersama keluarga pernah tinggal di Panti Asuhan Nativitas milik Mama Belgi selama 5 tahun semenjak dua anaknya mengalami gangguan jiwa dan lumpuh.
“Saat yang gangguan jiwa ini sudah agak membaik, Mama Belgi minta mereka berdua dengan bapaknya pulang sedangkan saya sama yang bungsu, yang lumpuh ini tetap di sana, tapi kalau saya tetap disana, terus mereka pulang di rumah siapa yang urus. Akhirnya saya putuskan untuk kami pulang sama-sama,” sahutnya melansir Liputan6.com.
Selama ini juga dokter dari Puskesmas Kewapante tetap datang lihat, tapi begini saja kondisi si bungsu, tidak ada perubahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keluarga Tak Mampu
Ketika disinggung soal bantuan pemerintah, Elisabeth mengaku sudah mendapat perhatian dari pemerintah dengan pemberian bantuan rumah layak huni, namun pembangunannya tersendat karena karena terkendala biaya.
Anselmus yang hanya seorang petani tidak mampu berbuat apa-apa. Selain petani, Anselmus bekerja sebagai pemanjat kelapa milik orang lain yang hanya dibayar Rp5 ribu per pohon. Untuk kebutuhan rumah tangga, keluarga ini hanya berharap dari anak kedua mereka, Antonius Nong Oris yang bekerja sebagai pramuniaga.
Sementara Mama Elisabeth berjuang menjual sarung lipa dengan harga yang tidak tentu. Itupun tidak setiap hari dijual. Sekarang dirinya hanya berhadap, ada orang baik yang berbagi kasih menolong ketiga anaknya yang sakit.
Halaman : 1 2