Tajukflores.com – Sejarah salib dan maknanya perlu dijelaskan lagi ihwal adanya peristiwa di media sosial yang diramaikan dengan pembicaraan mengenai desain HUT ke-75 RI yang dinilai mirip salib.
Ini bermula dari diprotes oleh sekelompok orang di Surakarta, Jawa Tengah belum lama ini. Istana bantah dengan menyebut bahwa logo tersebut merupakan karya seni murni oleh anak bangsa.
Joanne M Pierce, seorang profesor di Departemen Studi Keagamaan mengungkap sejarah salib dari abad ke abad.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setiap bulan September atau musim gugur di Eropa, umat Katolik dan beberapa gereja Kristen lainnya merayakan Pesta Salib Suci. Dengan pesta itu, orang Kristen memperingati kehidupan Yesus Kristus, terutama kematian penyelamatannya di kayu salib dan kebangkitannya di kemudian hari, percaya ini menawarkan mereka janji pengampunan dan hidup kekal.
Pesta itu berakar pada zaman kuno akhir, saat salib menjadi bagian penting dari seni dan ibadah Kristen. Salib, yang pernah menjadi bentuk eksekusi yang memalukan bagi para penjahat, telah menjadi simbol utama Kristus dan Kekristenan.
Namun, sejarah salib terkadang juga memiliki makna yang lebih gelap sebagai simbol penganiayaan, kekerasan, dan bahkan rasisme.
Salib awal
Sebagai seorang sarjana sejarah dan ibadah Kristen abad pertengahan, Joanne telah mempelajari sejarah salib yang rumit ini.
Graffito pagan abad kedua yang menggambarkan seorang pria menyembah sosok berkepala keledai yang disalibkan.
Sebuah karya seni dinding Romawi awal abad ketiga yang terkenal, “Alexamenos graffito”, menggambarkan dua sosok manusia, dengan kepala keledai, lengan terentang di salib berbentuk T, dengan teks “Alexamenos memuja tuhannya”.
Agama Kristen dilarang pada saat itu di Kekaisaran Romawi dan dikritik oleh beberapa orang sebagai agama untuk orang bodoh. Karikatur “Alexamenos”, mempersembahkan doa kepada sosok yang disalibkan ini adalah cara untuk menggambarkan Kristus dengan kepala keledai dan mengejek tuhannya.
Tetapi bagi orang Kristen, salib memiliki arti yang dalam. Mereka memahami kematian Kristus di kayu salib untuk “diselesaikan” oleh Allah yang membangkitkan dia dari kematian tiga hari kemudian. Kebangkitan ini adalah tanda “kemenangan” Kristus atas dosa dan kematian.
Orang-orang percaya dapat mengambil bagian dalam kemenangan ini dengan dibaptis, diampuni dari dosa masa lalu dan “dilahirkan kembali” ke dalam hidup baru dalam komunitas Kristen, gereja. Umat Kristen, kemudian, sering menyebut salib Kristus sebagai “kayu kehidupan” dan sebagai “Salib yang menang.”
Penulis : Edeline Wulan
Editor : Marcel Gual
Sumber Berita : The Conversation
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya