Jakarta – Dokter spesialis kesehatan jiwa di Jakarta menghimbau masyarakat untuk berhenti mengukur kebahagiaan berdasarkan standar orang lain. Hal ini disampaikan dalam seminar edukasi bertajuk “Bahagia Tanpa Syarat” yang diadakan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Minggu (28/4).

Seminar ini menghadirkan dua dokter spesialis jiwa, yaitu dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ dari RSUD Tarakan Jakarta dan dr Yenny Sinambela, SpKJ (K) dari RSKD Duren Sawit Jakarta.

Para dokter sepakat bahwa faktor penghambat kebahagiaan utama adalah tekanan untuk mencapai standar yang ditetapkan orang lain.

“Misalnya, di usia tertentu harus sudah menikah, bekerja, atau memiliki anak. Standar-standar sosial ini menjadi tekanan yang menghambat kebahagiaan,” jelas dr Zulvia, yang akrab disapa dr Vivi.

Dr Yenny menambahkan bahwa setiap orang memiliki keunikan dan kelebihannya sendiri. Kebahagiaan muncul ketika seseorang belajar menerima keunikannya dan melihat sisi positifnya, tanpa terpaku pada kekurangan.

Di era internet ini, standar kebahagiaan sering kali diukur berdasarkan materi, seperti yang terlihat di media sosial. Hal ini dapat membuat orang merasa tidak bahagia jika mereka tidak memiliki materi sebanyak orang lain.

Penyelenggaraan seminar ini merupakan bagian dari upaya Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.

Jakarta masuk ke dalam daftar 10 kota dengan tingkat stres tertinggi di dunia, dan kesehatan mental menjadi masalah kesehatan yang paling dikhawatirkan saat ini.

Seminar “Bahagia Tanpa Syarat” ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memahami cara mencapai kebahagiaan dengan cara mereka sendiri, tanpa terbebani oleh standar orang lain.

Tips untuk Mencapai Kebahagiaan tanpa Berdasarkan Standar Orang Lain: