PDI Perjuangan merupakan salah satu partai politik yang memiliki sistim, mekanisme dan prosedur yang sudah baku. Terutama dalam rekrutmen kader-kadernya untuk menduduki jabatan-jabatan strategis di eksekutif dan legislatif, baik di pusat maupun di daerah.
Kader-kader PDIP yang disiapkan atau menyiapkan diri untuk tampil merebut kekuasaan politik di eksekutif maupun legislatif selalu diberi ruang untuk adu program, gagasan dan mensosialisasikan programnya. Ini berguna membangun citra diri yang lebih baik. Agar dapat berkompetisi secara sehat dalam merebut kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Saat ini, beberapa kader PDIP yang siap diorbitkan. Dantaranya, Tjahjo Kumolo, Pramono Anung, Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, Puti Guntur, Hasto Kristanto, Oly Dondokambey,Yasona Laoly dan sebagainya.
Mereka kompeten dan memiliki jam terbang dalam memimpin partai dan organisasi pemerintahan, di eksekutif dan legislatif, sehingga layak dipromosikan untuk calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2024.
Perilaku kader benalu di partai
Akhir-akhir ini, nama Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini dan lain-lain, disebut-sebut layak tampil sebagai capres dan cawapres. Namun, di internal partai, ada kader benalu yang mencoba menutup pintu aspirasi masyarakat mendukung kader-kader PDIP yang kompeten memimpin bangsa. Alasannya, Puan Maharani sudah dipatok harga hanya untuk posisi cawapres. Siapapun capresnya.
Nama Bambang Pacul disebut-sebut menghambat jalannya Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini dan lain-lain untuk menuju capres 2024, dengan cara hanya memasang Puan Maharani sebagai cawapres, siapapun capresnya. Puan Maharani diibaratkan sebagai Iklan Teh Botol Sosro “Apapun makanannya, minumnya ya Teh Botol Sosro”.
Halaman : 1 2 Selanjutnya