Salah satu akun facebook @ Mardi da Gomez turut menyoroti hukuman yang diterima kedua oknum kakak kelas itu pada akun facebook milik pribadinya.
“Keluarkan anak dari sekolah bukan pilihan terbaik tapi sebagai upaya mengelak dari tanggung jawab lembaga civitas pendidikan BSB.
Perbuatan murid yang diasramakan sudah tentu buah dari pembinaan pembina.
Semestinya sama2 bertanggung jawab. Jika muridnya dihukum (dikeluarkan dari sekolah), bagaimana dengan pembina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Murid berbuat salah, pilihan gampangnya keluar, lembaga dinyatakan berhasil mendidik murid bermartabat padahal murid asrama 24 jam dibawa rentang kendali pembina. Apalagi alasan klise kita karena faktor lingkungan seputarnya, rumah???,” tulisnya.
Tulisan itu pun lantas banyak dikomentari oleh akun Facebook lainya.
Yosefeina Kabresi, salah satu akun Facebook yang turut mengomentari status tersebut mengatakan sangat tidak elok kalau semuanya mencari pembenaran sendiri.
“Kalau sdh seperti ini persoalanx, sangat tidak elok lalau masing masing mencari pembenaran diri. Pijak orang tua maupun pihak sekolah jgn hax mau menerima yg baik2 saja dari anak tapi hrs berani dan siap untuk menerima kenyataan yg paling buruk sekalipun. Dengan melihat persoalan yg sedang terjadi, marilah kita sebagai orang tua dan juga pihak sekolh bersama sama kita mencermati persoalan ini dgn sikap bijak dgn mencari inti persoalan,” tulisnya
Akun lain pun mencoba membela Mardi da Gomez yang mengatakan setuju dengan tulisan pemilik akun ini.
“Setuju, tanggung jawab pendidik adalah membina mental dan kepribadian anak, bukan malah lepas tanggungjawab dgn mengeluarkan, apa fungsi mendidik.??
Klu tdk mampu mendidik ngapain dirikan sekolah..,” tulis Michael Benard.
Untuk diketahui, polemik kasus makan fases atau kotoran manusia ini sudah diberitakan oleh sejumlah media baik lokal maupun nasional.
Halaman : 1 2