Ia mengungkapkan, beberapa tahun sebelumnya di desa itu ada dari penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pansimas). Tetapi, proyek itu tidak bertahan.
Dua tahun terakhir, air tidak mengalir di pipa dan kran air yang sudah dipasang di rumah-rumah warga.
“Airnya sudah tidak mengalir lagi sekarang. Pipa dan kran air itu hanya pajangan saja,” ungkap Hila.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hila meminta kepada pemerintah pusat, provinsi, dan daerah agar membuat sumur bor di desa itu sebagai alternatif bagi warga di musim kemarau.
Hal itu sudah disampaikan kepada bupati Sikka.
“Harapannya tahun 2020 itu bisa terealisasi. Kami di sini terlalu sengsara saat musim kemarau. Pilihannya cuma 1. Minum air kotor dan bau. Kalau tidak kami bisa mati,” tutur Hila.
Di mata air, warga masyarakat mengantre mengambil air di mata air.
Ada yang mengisi air di jerigen dan ambil air untuk cuci serta mandi.
Air yang diambil kotor, berbau, dan berulat.
Halaman : 1 2