JakartaRomo Franz Magnis Suseno, SJ, seorang pemikir dan filsuf ternama Indonesia, menyayangkan minimnya perhatian terhadap filsafat di Tanah Air. Menurutnya, filsafat masih belum mendapatkan tempat semestinya dalam pendidikan tinggi di Indonesia.

“Filsafat di Indonesia belum mendapat tempat semestinya,” ujar Romo Magnis Suseno dalam sebuah wawancara ditayang YouTube Kompas.com baru-baru ini, dikutip Tajukflores.com pada Sabtu (1/6).

“Sederhana sekali, berapa perguruan tinggi besar di Indonesia yang menyediakan program studi filsafat? Hampir tidak ada perguruan tinggi besar yang menyediakan program studi filsafat, kecuali (beberapa perguruan tinggi) Katolik dimana filsafat termasuk (dalam) pendidikan pastor/imam,” imbuhnya.

Baca Juga:  Mendag Zulhas Dinilai Berbohong Soal Pembangunan Labuan Bajo

Kurangnya perhatian terhadap filsafat ini, menurut Romo Magnis Suseno, merupakan kelemahan bagi pendidikan di Indonesia. Filsafat, bagaikan garam di antara ilmu-ilmu, membantu melatih pemikiran kritis dan sistematis.

“Filsafat mengajar kita untuk kritis terhadap segala pendapat. Kritis tidak berarti menolak, tetapi melihat apa yang merupakan half truth atau post truth dan sebagainya. Filsafat dalam arti ini penting dan itu yang masih sangat kurang di Indonesia,” jelas Romo Magnis yang menulis buku berjudul ‘Filsafat sebagai Ilmu Kritis’ ini.

Romo Magnis juga menekankan bahwa filsafat dapat membantu mengangkat budaya-budaya lokal. Ia sendiri mempelajari dan mendalami budaya Jawa melalui filsafat.

Baca Juga:  Kurikulum Merdeka: Tantangan dan Refleksi dalam Transformasi Pendidikan

“Filsafat membantu, tidak hanya itu, sebetulnya filsafat menyibukan diri dengan masalah-masalah up to date (terkini), menghindari pemikiran yang dangkal,” jelas Romo Magnis. “Itulah peran dan fungsi filsafat.”

Mengapa Gereja Katolik Menempatkan Pendidikan Filsafat?

Menurut misionaris dari Serikat Jesuit (SJ) ini, Gereja Katolik termasuk salah satu institusi agama yang peduli dengan pendidikan filsafat bagi para calon imam/pastor. Tradisi ini pun telah berlangsung sejak abad pertengahan dengan tokoh sentral adalah St Thomas Aquinas.