Ratusan ekor babi milik warga Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mati akibat tersarang penyakit flu babi (ASF) hingga kini semakin bertambah.
Jumlah angka kematian babi tersebut mencapai 753 ekor. Sementara pada pekan lalu, jumlah babi yang mati sebanyak 574.
Hal tersebut ditanggapai Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Belu, Nikolaus Umbu Birri mengatakan, ratusan babi yang mati itu tersebar di 12 kecamatan di wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sesuai hasil laboratorium yang kami kirim ke BBVet Medan, ada 20 sampel darah dari 48 yang dikirim terkena African Swine Fever atau demam babi Afrika,” kata Nikolaus, Senin (2/3) melansir Kompas.com.
Untuk penanganan ASF tersebut, saat ini pemerintah daerah setempat telah melakukan koordinasi lintas sektor dengan pihak TNI dan Kepolisian serta Karantina.
Sebelumnya diketahui, 574 babi dari peternakan milik warga Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati akibat virus flu babi Afrika atau African swine and fever (ASF).
Bupati Belu Willy Lay mengaku telah melaporkan kejadian itu ke Kementerian Pertanian.
“Betul babi yang mati di Belu mencapai ratusan ekor, tapi data lengkapnya belum saya cek di Dinas Peternakan. Indikasi mati karena virus AFS,” ujar Willy, Selasa (25/2).
Ratusan babi yang mati itu tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Rainhat dan Kota Atambua.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus AFS, Pemerintah Kabupaten Belu telah mengisolasi lokasi terdampak paling parah.
Halaman : 1 2 Selanjutnya