Linimasa media sosial Facebook warga NTT ramai membahas kain tenun Sumba yang diklaim sebagai kain tenun Troso, Jepara.
Perdebatan itu muncul oleh berita prestasi Fitria Noor Aisyah (19) dan Farah Aurellia Majid (17). Kedua siswa kelas XII SMK NU Banat Kudus ini diketahui jadi perwakilan siswi SMK se-Indonesia di Paris
Keduanya membawa kain tenun Troso Jepara. Acara yang diselenggarakan oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) ini mendapatkan animo meriah dari audiens di Paris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perdebatan awalnya bermula dari postingan seorang warganet di Facebook yang mengunggah screenshot ciutanTwitter pemilik akun @Foya_2. Sembari mengunggah screenshot foto Fitria Noor Aisyah dan Farah Aurellia Majid (17), akun Foya_2 menyebut jika kain tenun yang dibawakan Fitria dan Farah merupakan kain tenunan NTT motif Sumba.
“Sayang sekali, tenunan NTT motif Sumba diklaim sebagai Tenunan asli Jepara… sejak kapan Jepara buat Tenuan?,” ujar pemilik akun @Foya_2 yang dipantau Tajukflores.com, Jumat (27/6/2019).
Postingan Adi Save Komodo mendapat ragam komentar. Sampai-sampai ada yang mengajak untuk berdemo ke Jepara.
Benarkah kain tenun Jepara mencuri motif Sumba?
Melansir griyatenun.com, kain tenun Troso sebenarnya sudah ada sejak lama. Kemunculannya berkaitan dengan penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya.
Kain tenun Troso, Jepara (Bukalapak)
Kain ini dipakai pertama kali oleh Mbah Senu dan Nyi Senu saat menemui Ulama Besar Mbah Datuk Gunardi Singorojo saat sedang berdakwah di Desa Troso. Kemudian pada masa awalnya kain tenun ini dibuat khusus sebagai pelengkap pakaian raja. Sejak saat itulah keterampilan membuat kain tenun troso dimiliki oleh warga Desa Troso dan diwariskan secara turun temurun.
Pada sekitar tahun 1935, sebelum masa kemerdekaan Indonesia, para pengrajin Tenun Troso membuat Kain Tenun Gedong. Kemudian saat keahlian mereka semakin berkembang, mereka mulai membuat kain Tenun Pancal, yaitu pada sekitar tahun 1943.
Halaman : 1 2 Selanjutnya