Pendiri Partai Hanura Wiranto mengklaim dirinya merekayasa pemilihan Oesman Sapta Odang (OSO) sebagai Ketua Umum (ketum) secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (munaslub) di Bambu Apus, Jakarta Timur beberapa tahun lalu. Saat itu OSO pertama kalinya menjadi Ketum Hanura.
Wiranto menceritakan, hal itu dilakukan lantaran dirinya mendapat tugas untuk menjadi Menko Polhukam era Presiden Joko Widodo pada periode pertama.
“Kami mengundang saudara OSO untuk menjadi salah satu calon yang mengganti saya. Lalu, saya merekayasa agar beliau terpilih secara aklamasi, maka jadilah dia ketum terpilih,” kata Wiranto saat menggelar jumpa pers di Jakarta, Rabu (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat itu, Wiranto mengaku `mengalah` karena dirinya merasa bahwa sebagai Menkopolhukam yang turut menangani permasalahan politik di Indonesia, tak elok apabila tetap menjabat sebagai ketum parpol.
Sebab itu, ia menyerahkan estafet kepemimpinan Hanura kepada OSO dengan sejumlah catatan. Salah satunya mengenai seluruh kekuasaan ketum berada di bawah Ketua Dewan Pembina.
Selain itu, kesepakatan tersebut tertuang dalam pakta integritas. Dalam perjanjian itu, disebutkan juga bahwa OSO akan menggantikan Wiranto sebagai ketum hingga 2020.
Halaman : 1 2 Selanjutnya