Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkap sejak Januari 2019 telah terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dengan luas 135.747 hektare. Kebakaran paling besar terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut data KLHK, di NTT telah terjadi 71.712 hektare kasus kebakaran hutan dan lahan. Semuanya terjadi di lahan mineral. “Itu terbakar tapi di Sabana, lahan mineral berbeda dari di Riau yang didominasi lahan gambut,” ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Raffles Panjaitan di Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Persebaran Karhutla di 28 provinsi berdasarkan citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS dan data titik panas (hotspot) MODIS sampai saat ini lebih banyak terjadi di hutan dan lahan mineral dibandingkan hutan dan lahan gambut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kebakaran di lahan mineral lebih banyak karena lahan masyarakat umumnya ada di tanah mineral,” ujar Raffles.
Provinsi Riau mengalami lahan gambut terbanyak dari 28 provinsi yang terdampak dengan luas gambut terbakar sebesar 27.635 hektare. Sebanyak 2.430 hektare kebakaran di daerah tersebut terjadi di daerah hutan mineral dengan total lahan terbakar sebesar 30.065 hektare.
Luas terbesar ketiga adalah Kepulauan Riau dengan karhutla terjadi di hutan mineral seluas 4.970 hektare.
Selanjutnya di Pulau Kalimantan, total luas lahan terbakar sebanyak 16.033 hektare dengan titik terbanyak berada di Kalimantan Selatan dengan 4.670 hektare. Disusul Kalimantan Timur dengan 4.430 hektare total lahan terbakar.
Kalimantan Barat merupakan provinsi di pulau Kalimantan yang paling banyak mengalami kebakaran lahan gambut. Sedangkan jika melihat data 28 provinsi, Kalimantan Barat berada di posisi kedua setelah Provinsi Riau dengan luas lahan gambut terbakar sebanyak 1.291 hektare.
Halaman : 1 2 Selanjutnya