Di mana matamu memandang, di situlah hatimu berada.
Dengan mencuri-curi, Fatima melirik Basty dari ruangan sekretarisnya. Ia tak mengingkari apa yang berkecamuk dan membebani batinnya belakangan ini.
Fatima berjuang agar matanya tak sampai mengikuti hatinya yang terus-menerus memikirkan laki-laki itu. Ia takut lirikan matanya diperogoki Basty. Ia lalu kembali pada dirinya, pada hatinya, mencoba menemukan alasan yang sepadan dengan tingkah matanya itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Laki-laki di depannya, laki-laki yang sedang menyeruput kopi yang diseduhnya dengan melibatkan seluruh hatinya, bahkan jiwanya adalah laki-laki yang ingin ia perkenalkan kepada ayahnya dan kerabatnya sebagai kekasihnya.
Laki-laki itu adalah laki-laki yang membuat ia mengerti apa yang tak pernah ia mengerti sendiri selama ini, bahkan orang-orang di sekitarnya turut tak mengerti: ia rela menggadis terlalu lama hanya untuk laki-laki yang benar-benar mencuri hatinya.
Laki-laki yang bukan hanya sekadar dipamerkan agar orang-orang tak menganggapnya sebagai perawan tua. Gadis tak laku. Tidak. Laki-laki yang lebih dari praduga itu.
Laki-laki itu adalah Basty. Laki-laki yang telah mencuri hatinya.
Fatima ragu apakah ia sendiri yang harus memulai untuk mengutarkan perasaannya. Mengutarkan isi kedalaman jiwanya jika ia mulai menyukai Basty.
Halaman : 1 2 Selanjutnya