Analisis politik Pangi Syarwi Chaniago meragukan simbol tokoh reformasi yang melekat pada diri Amien Rais dapat menaikan citra Partai Ummat.
Alasannya, gelar bapak reformasi sedikit demi sedikit telah membuat Amien terkesan jumawa. Di sisi lain, ajakan bergabung ke kubu partai Islam dan aliansi pembentukan partai Islam baru ditolak mentah-mentah.
“Pernyataan kontroversial yang penuh percaya diri meski sedikit menyayat hati umat Islam beliau ungkapkan, baju partai Islam terlalu kecil buat beliau,” kata Pangi dalam keterangan yang diterima Tajukflores.com, Jumat (7/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Pangi, kepercayaan diri yang tinggi dan euforia sebagai tokoh reformasi membuat Amien Rais merasa di atas awan. Sementara itu, posisi presiden diincarnya dengan kendaraan politik yang lebih inklusif, dengan segmen pemilih yang lebih luas daripada hanya terpaku pada pemilih muslim semata.
Pangi mengatakan Partai Amanat Nasional (PAN) lahir sebagai manifestasi dari ide Amien Rais tersebut. Namun, faktanya politik tidak semanis seperti yang diimpikan. PAN tidak mampu menjadi partai besar, sebesar idenya bahkan impiannya menjadi presiden harus kandas di tengah jalan.
Namun kini setelah 23 tahun berlalu, Amien Rais datang dengan partai baru (Partai Ummat) yang terpaksa harus didirikan setelah konflik internal di tubuh PAN tidak bisa dicarikan jalan keluarnya.
“Tokoh reformasi ini tersingkir/diusir dari rumah yang pernah beliau didirikan sendiri dan kini punya narasi cita-cita baru mendeklarasikan partai baru yang dulu dianggap sebagai baju yang kekecilan itu tadi,” jelas Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini.
Pangi mengatakan, Partai Ummat yang telah dideklarasikan jelas bertolak belakang dengan PAN, ide politik Amien Rais diawal reformasi dulu. Pasalnya, Partai Ummat memiliki segmentasinya sangat jelas.
Halaman : 1 2 Selanjutnya