Jakarta – Forum Advokat Manggarai Raya (Famara) Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) baru saja melantik pengurus baru untuk periode 2024-2029 pada Sabtu (17/2). Acara pelantikan ini dimeriahkan dengan syukuran dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting dalam dunia hukum.
Salah satu anggota Dewan Penasehat Famara Jabodetabek, Inosentius Samsul, dalam sambutannya menekankan bahwa advokat merupakan profesi yang mulia (officium nobile). Kepala Badan Keahlian (BK) Sekretariat Jenderal DPR RI mengatakan ada tiga alasan mengapa profesi ini dianggap mulia.
Pertama, seorang advokat harus memiliki pengetahuan yang kuat dalam bidang hukum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Seoang advokat harus cerdas, mempunyai kemampuan dalam bidang hukum karena keberadaannya di masyarakat sangat penting,” kata alumnus S1 Ilmu Hukum UGM, Yogyakarta ini.
Kedua, advokat harus memiliki integritas yang tinggi, yaitu konsistensi antara kata-kata dan tindakan.
“Seorang advokat harus melaksanakan apa yang dijanjikan. Advokat tidak boleh berbohong,” kata doktor Ilmu Hukum dari UI, Depok ini.
Ketiga, advokat juga diharapkan menjadi pemimpin dalam menyelesaikan masalah hukum yang timbul di masyarakat.
“Advokat bukanlah pribadi yang takut, karena advokat selalu membela yang benar,” kata dia.
Menurut Ino, karena dalam diri advokat mengandung tiga hal tersebut di atas, maka di AS dan sejumlah negara maju di dunia, profesi advokat merupakan profesi yang paling bergensi.
Ino mengimbau semua advokat Famara agar lebih membela kebenaran dibanding karena dibayar. “Uang penting tapi bukan itu yang utama dalam kerja advokat,” kata Ino.
Sementara itu, anggota Dewan Penasehat Famara lainnya, Romo Marthen Djenarut, Pr mengatakan, setiap orang Kristiani yang menjalankan profesi advokat harus meneladani Tuhan Yesus.
Menurut Romo Marthen, Yesus dari sisi manusianya adalah seorang Yahudi. Sebagai orang Yahudi, kata dia, Yesus mentaati adat istiadat dan hukum Yahudi dan juga mengkritisi pelaksanaan hukum Yahudi yang menyimpang.
Sementara, dari perspektif Teologi Yesus sebagai Tuhan, kata dia, merupakan kebenaran. Karena sebagai kebenaran, lanjutnya, Yesus seharusnya tidak perlu mentaati adat istiadat dan hukum Yahudi. Namun, yang terjadi justru Yesus mentaati dan melaksanakan adat istiadat dan hukum Yahudi disamping Yesus mengkritisinya.
Penulis : Alex K
Editor : Marcel Gual
Halaman : 1 2 Selanjutnya