Juga publik berharap persoalan sampah yang `mengganggu` dan mencoreng LBJ sebagai daerah pariwisata dan sudah menjadi masalah bertahun-tahun, BOP dan Pemda bisa mengatasinya?
Pertanyaan diatas sangat berkaitan erat dengan megahnya bangunan Marina dan hotel di puncak Waringin dan disusul bangunan megah lainnya nanti. Bangunan yang megah itu tentu nanti juga menghasilkan sampah.
BOP juga mestinya sudah punya plan atau rencana, UMKM lokal apa yang mau dipasarkan di bangunan itu? Jangan sampai bangunan megah itu di isi oleh pemodal-pemodal besar. Kalau demikian jadinya, publik pesimis dengan para direksi BOP ini. Jadi suara protes meminta Presiden agar copot Direktur Utama BOP LBJ Shana Fatima tahun lalu oleh kelompok masyarakat di LBJ maupun warga diaspora harus di lihat kembali. Perlu di pertimbangkan dan mendengar suara publik untuk menjamin bahwa BOP LBJ- Flores bukan sekedar hanya nama tapi nyata membwa perubahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apa capaian BOP LBJ-Flores satu tahun ini?
Sejauh ini publik belum mendengar bahwa ada produk dari BOP untuk menjadi role model pariwisata di LBJ-Flores. Yang kedengaran di publik justru narasi dari sang Direktur Utama, soal wisata halal, terkait lahan 400 ha dan mendatangkan artis Hollywod Leonardo Dicaprio. Narasi itu untuk mewujudkan agenda pariwsata LBJ-Flores sebagai kelas wisata Super Premium. Meskipun para direksi belum menjelaskan secara singkat dan sederhana ke publik terkait “pembaptisan” pariwisata LBJ sebagai kelas super premium.
Para direksi harus respon atas banyak pertanyaan terkait lahan 400 ha itu, mau diapakan. Dan dalam label LBJ sebagai pariwisat super premium, apakah lahan seluas itu mau di jadikan pariwisata super premium semua? Sejauh ini belum ada penjelasan dan publik masih terus menunggu.
Dalam menunggu jawaban itu, baru-baru ini publik di kejutkan dengan mundurnya dua direksi BOP,: Jarot Trisunu (Direktur Industri Pariwisata/kelembagaan), Sutanto Werry (Direktur pemasaran pariwisata). Soal mundur dua direksi ini juga belum jelas apa alasannya? Saya pun berusaha mencari tahu, dari sumber yang saya dapat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, bahwa sudah lama mereka mau mundur dengan beberapa alasan: Bahwa belum ada master plan terpadu padahal sudah satu tahun, soal lain karena manajemen BOP `terkesan` sporadis. Penjelasannya, kalau manajemen bagus, yang pasti master plan sudah selesai, tentu para direksi sudah bekerja dengan master plan yang sudah ada.
Dengan penjelasan di atas, apakah BOP LBJ-Flores ke depannya berjalan sesuai dengan harapan publik? Bahwa Badan ini menjadi role model pembangunan pariwisata? Tentu tidak terwujud harapan itu, kalau manajemen atau direksi BOP seperti sekarang ini.
Kementrian pariwisata jangan sampai tidak melihat ada masalah dalam manajemen BOP LBJ-Flores. Mundurnya dua direksi BOP adalah sebuah masalah, yang berkaitan dengan manajemen BOP. Juga keluhan dari awak media lokal yang terkesan sang Dirut BOP menjaga jarak dengan para wartawan, begitu juga dengan kelompok LSM dan masyarakat yang kritis, bagaimana hubungan, apakah ada jarak juga?
Sekarang waktunya yang tepat Menteri Pariwisata dan Menko Maritim untuk mengevaluasi manajemen direksi BOP-LBJ. Evaluasi itu titik starnya adalah memanggil semua para direksi baik yang aktif maupun yang non aktif , duduk bersama terkait apa yang sebenarnya yang terjadi di BOP LBJ-Flores ini? Duduk bersama ini penting untuk menemukan soal dan menemukan jalan keluar.
Sekali lagi sekarang saatnya direksi BOP LBJ -Flores di evaluasi, Kemenpar harus memanggil semua para direksi yang sudah menjabat satu tahun. Evaluasi untuk melihat, apakah personel direksi BOP LBJ-Flores ini bisa mewujudkan visi presiden Jokowi pariwisata sebagai indutri nomor satu?
Dengan banyak soal di atas, rasanya Kementrian pariwisata segera menemukan nahkoda (personil) baru untuk mewujudkan visi presiden. Nahkoda baru itu bukan berlatar belakang pengusaha seperti Shana Fatima yang tentu saja bisa terjadi conflict of interest. Sehingga tidak ada lagi pertanyaan BOP ini hadir: untuk publik atau untuk siapa?
Dengan begitu BOP LBJ-Flores sebagai `bayi` dia baru merangkak. Sekarang berumur satu tahun tentu sudah bisa jalan. Kelak dia terus tumbuh dan bisa lari mengejar sudara tuanya Bali.
*Oleh:Yosef Sampurna Nggarang,
Penulis adalah Ketua Himpunan Pemuda Mahasiswa Manggarai Barat- Jakarta (HIPMMABAR-JAKARTA) dan Sekjen Pergerakan Kedalautan Rakyat (PKR).
Halaman : 1 2