Lebih dari 500 orang dari berbagai organisasi kemasyarakatan maupun keagamaan di Solo, Jawa Tengah menggelar aksi damai di depan Balaikota Solo, Jumat (18/1). Mereka mendesak pemerintah kota Solo mengubah ornamen yang diduga berbentuk simbol agama Kristen dan Katolik berupa tanda salib di salah satu proyek pembangunan jalan di depan Balaikota Solo.
“Kita sekarang berada di depan Balaikota Solo. Kita akan memprotes proyek pemerintah di sini yang ornamennya nyata terlihat. Balaikota Solo sebagai ruang publik, jalan di depannya ada simbol salib, simbol keagamaan. Ini sangat meresahkan kami sebagai umat beragama.”
Juru bicara ormas dari Dewan Syariah kota Solo, Endro Sudarsono, mengatakan bentuk ornamen yang ada di jalan tersebut sangat mirip dengan tanda salib. Endro mendesak pemerintah kota mengubah bentuk dan menghindari simbol keagamaan di ruang publik selain tempat ibadah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami awalnya tahu dari media sosial `Jelajah Solo` yang menunjukkan foto proyek dari atas yang ternyata mirip simbol salib. Viral di media sosial, kemudian kami cek ke lokasi, ternyata simbol ini mirip yang ada di gereja-gereja dekat Balaikota Solo. Kita tanya sejumlah pakar kristologi maupun mualaf, dan ternyata benar sangat mirip salib bentuknya. Kami berharap jangan sekedar mengubah warna cat saja, tetapi juga bentuknya. Kalau dicat kan bisa kehujanan, kepanasan, dan akhirnya warna dasarnya akan kelihatan lagi dan menimbulkan kontroversi lagi. Beri solusi permanen, sampaikan ke publik. Ini ruang publik soalnya, beda kalau itu di tempat ibadah yang sesuai, silakan saja,” jelasnya.
Hampir satu jam perwakilan ratusan peserta aksi tersebut dengan wakil walikota Solo, Achmad Purnomo dan Forum Kerukunan Umat Beragama di Solo. Wakil Walikota Solo, Achmad Purnomo, mengungkapkan proyek tersebut ditangani pemerintah pusat dan berupaya akan berkoordinasi dengan instansi terkait.
“Oleh perencana proyek, sebelum ada keputusan dari atasan atau instansi penanggung jawab, kesan bentuk salibnya akan diubah, dihilangkan dengan cara ditutup cat warna lain. Prinsip ini kan mudah sekali dicari jalan keluarnya. Saya berharap pada semua, agar tidak terpancing emosi. Mari musyawarah bersama, dipikir, cari solusi bersama. Jangan sampai, yang menurut kita jalan keluarnya mudah membuat kita tidak rukun, bermusuhan atau tidak menjaga persatuan dan toleransi umat beragama di kota Solo,” kata Wakil Walikota Solo, Achmad Purnomo.
Lima orang pekerja proyek berupaya mengecat garis panjang berwarna merah dengan warna abu-abu. Salah satu sisi yang panjang akhirnya terlihat sudah ditutup dan berbentuk simbol palang merah.
Halaman : 1 2 Selanjutnya