Siflan Angi, tokoh masyarakat Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur menanggapi dengan keras pernyataan Wakil Ketua Majelis Ulama (MUI) Indonesia, Anwar Abbas agar Presiden Jokowi diproses hukum lantaran menyebabkan kerumunan di Maumere pada Selasa (23/2).
Siflan mengatakan, membandingkan kerumunan penyambutan Presiden Jokowi dan kerumunan saat penjemputan mantan pimpinan FPI, Rizieq Shihab di Bandara Soekarno Hatta pada 10 November 2020 lalu merupakan sebuah pernyataan yang ngawur.
“Ngawur saja. Mau tangkap siapa? Gila Wakil MUI, siapa dia? Tokoh umat kok model begini. Sebagai tokoh umat (seharusnya) memberikan pernyataan yang menyejukan,” kata Siflan Angi dalam diksusi daring yang digelar Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN) Jakarta, Minggu (28/2).
Anwar Abbas sebelumnya mengkritisi kerumunan akibat kunjungan Presiden Jokowi di Maumere. Anwar membandingkan kerumunan Jokowi dengan kasus kerumunan Habib Rizieq Shihab saat pandemi COVID-19.
Siflan menjelaskan, ketika Jokowi dikabarkan akan mengunjungi Maumere untuk meresmikan Bendungan Napun Gete, warga Sikka diminta untuk menjaga jarak dan memakai masker sesuai protokol kesehatan.
Dia mengakui memang terjadi kerumunan di dua titik, namun semuanya bersifat spontan dan insidentil.
“Fakta membuktikan, saat Jokowi lewat, titik pertama di dekat rumah Pak Melki Mekeng (Anggota Komisi XI DPR RI), itu warga berkemurum, histeris. Artinya spontanitas dan insidentil. Bukan seperti yang dikatakan para oknum jika ini rekayasa. Rakayasa apa?,” kata dia.
Menurut Siflan, histeria warga Maumere pada hari itu merupakan bentuk kecintaan mereka terhadap Jokowi. “Lihat Pak Jokowi di televisi saja histeris, apagi lihat dekat,” kata dia.
Menurut kabar yang didengar Siflan, pascakunjungan Jokowi kunjungan ke Maumere, Pemda Sikka sudah melakukan rapid antigen terhadap warga yang berkerumun di dua lokasi.
Halaman : 1 2 Selanjutnya