Kerja kerasnya pun membuahkan hasil. Tahun 1997, Save Dagun menerbitkan kamus perdananya sendiri yaitu “Kamus Besar Ilmu Pengetahuan”. Beberapa karya lainnya pun diterbitkan seperti “Kamus Besar Tokoh Indonesia dan Dunia.” Total ada 7 kamus yang telah dia terbitkan.
Dari tujuh karya kamus ini, ungkapnya, yang rumit penyusunan adalah “Kamus Acuan Utama Bahasa Indonesia”. Kamus ini berbeda dengan Kamus Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta dan Anton Mulyono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kamus Bahasa Indonesia terdahulu, misalnya entri kata “kerja” dengan imbuhan masuk dalam abjad “K”, misalnya, kata “kerja, mengerjakan, pekerjaan, dikerjakan” masuk dalam abjad “K”.
Sementara dalam “Kamus Acuan Utama Bahasa” entri `kerja` di abjad “K”, kemudian “Mengerjakan” di abjad M dan “Dikerjakan” di abjad D. Tetapi dijelaskan juga kata dasar “kerja”.
“Pola ini memudahkan orang asing melacak entri-entri kata sebagaimana diucapkan dalam percakapan sehari-hari,” ujar Save.
Muatan “Kamus Acuan Utama Bahasa Indonesia” ini, tambahnya, jauh lebih banyak dibanding kamus-kamus bahasa Indonesia sebelumnya.
Dari 7 kamus yang dihasilkannya, Save mengatakan yang dianggap sebagai karya puncak adalah “Kamus Besar Ilmu dan Bahasa.”
“Karya ini begitu luas, menampung berbagai istilah ilmu pengetahuan dan bahasa.Tebal kamus ini sudah nyaris setebal kamus Webster dan hurufnya juga 8 poin. Rasanya big dream itu nyaris tembus ,” ujar Save.
Menulis Ensiklopedia
Selain telah menulis kamus, dalam 30 tahun terakhir, Save juga telah menulis berbagai ensiklopedia tentang kearifan lokal di Indonesia. Ia telah menulis 9 ensiklopedia tentang NTT, kemudian 10 ensiklopedia tentang Jawa Barat, 8 ensiklopedia tentang Papua dan 11 ensiklopedia tentang Sumatera Utara. Jadi, total sudah ada 36 ensiklopedia yang ditulisnya.
Menulis ensiklopedia, menurut Save, adalah suatu gerakan (movement), yaitu gerakan literasi atau narasi atas kekuatan lokal.
“Bangsa ini begitu miskin literasi ketimbang bangsa Barat yang sejak zaman kuno sudah kaya dengan literasi budaya mereka. Targetnya seluruh etnis di Nusantara akan dibuat ensiklopedia kearifan lokal,” ujarnya.
Selain telah menulis kamus dan ensiklopedia, Save juga sudah menulis beberapa buku seperti psikologi keluarga dan biografi tokoh-tokoh.
Meski sudah menghasilkan berbagai karya dan mimpi besarnya sudah terwujud, rupanya ia masih memiliki obsesi lainnya. Kekayaan bahasa Nusantara menggodanya untuk menyusun “Kamus Bahasa Nusantara vs Bahasa Daerah”.
“Ada 700-an bahasa daerah dan diharapkan kamus ini bisa mencapai 54 jilid. Karya ini belum disusun tetapi niat untuk memulai sejak belasan tahun yang lalu. Sudah banyak pejabat pemerintahan dilobi untuk membantu program ini tetapi selalu kandas,” ujarnya.
Program ini, tambahnya, tidak kuat jika bergerak sendirian. Save mengatakan sebagian kamus yang sudah dibuatnya sudah diterbitkan. Tetapi, sebagian lagi masih dalam bentuk PDF dan tersimpan di cloud.
“Kendala keterbatasan dana, maka untuk sementara simpan di awan dulu. Semua program ini tidak ada sponsor yang membantu pendanaan, benar-benar flying alone. Jalur ini penuh onak dan duri. Mental harus kuat, ibarat kita mengangkat batu dari kaki bukit ke puncak gunung dan berat pikulan lebih berat dari kita,” ujar Save Dagun.
Halaman : 1 2