Tajukflores.com – Korea Selatan dilanda krisis pernikahan dan kelahiran yang semakin mengkhawatirkan. Data terbaru dari Statistik Korea menunjukkan penurunan drastis dalam kedua aspek ini dalam 10 tahun terakhir.
Jumlah pernikahan anjlok 40% dari 322.807 pada tahun 2013 menjadi 193.673 pada tahun 2023. Penurunan ini terjadi selama 11 tahun berturut-turut.
Perubahan pandangan terhadap pernikahan juga terlihat. Hanya 15,3% orang berusia 13 tahun ke atas yang menganggap pernikahan sebagai suatu keharusan, turun dari 20,3% pada tahun 2012.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Faktor utama yang menyebabkan enggannya menikah adalah kekurangan uang (30% dari usia 20-an dan 30-an) dan tidak merasa perlu menikah (19% usia 20-an dan 14% usia 30-an).
Krisis pernikahan ini berimbas pada angka kelahiran yang juga menurun drastis. Jumlah bayi baru lahir turun 47,3% dari 436.455 pada tahun 2013 menjadi 230.000 pada tahun 2023. Penurunan ini terjadi selama 8 tahun berturut-turut.
Tingkat kesuburan total Korea Selatan kini mencapai 0,65, jauh di bawah tingkat penggantian 2,1 yang dibutuhkan untuk menjaga populasi stabil.
Krisis pernikahan dan kelahiran ini merupakan ancaman serius bagi Korea Selatan. Populasi yang menua dapat berdampak pada ekonomi, seperti berkurangnya tenaga kerja dan meningkatnya beban biaya kesehatan.
Penulis : Edeline Wulan
Editor : DM