Term “ujung” di sini merujuk pada fase akhir dari sebuah pengalaman eksistensial yang kemudian saya sebut konsekuensi fakta perubahan.
Setiap “ujung” adalah konsekuensi fakta perubahan. Manusia mengalami perubahan dari bayi, kanak-kanak, remaja dan kemudian tua. Tidak ada manusia yang langsung tua. Pengalaman dengan demikian adalah reaksi batin dan rasio manusia terhadap fakta perubahan.
Manusia mendapat makna dari pengalaman hidup hariannya. Filsafat menyebut apapun yang dialami oleh manusia sebagai pengalaman eksistensial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengalaman eksistensial mencakup sukacita, duka lara, kegembiraan dan harapan yang dialami dalam keseharian hidup manusia. Dari setiap kesan, rasio manusia kemudian mendefinisikan makna sebuah pengalaman dan peristiwa.
Dalam konteks ruang dan waktu, kehidupan itu selalu diisi oleh sekian banyak `momen ujung`. Ujung-ujungnya menikah, ujung-ujungnya berpisah, ujung-ujungnya meninggal dunia dan seterusnya.
“Ujung” itu bisa sesuatu yang positif dan bisa jadi sebaliknya. Bila hidup itu dipahami sebagai antitesis dari kematian badan, maka kematian (meninggal dunia) adalah ujung dari ziarah hidup. Jika kematian adalah ujung dari ziarah hidup, maka untuk apa umat beragama berdoa bagi arwah orang yang sudah meninggal dunia?
Ziarah hidup sebetulnya adalah ziarah jiwa. Jiwa bisa berkreasi tanpa intervensi badan. Hal ini kita bisa buktikan dari kemampuan berimajinasi. Manusia punya kemampuan istimewa ini. Kata Plato, “Jiwa itu abadi”.
Ziarah hidup, dalam konteks ruang dan waktu, identik dengan perubahan. Kita tidak pernah tahu kapan perubahan itu akan berakhir. Perubahan tidak pernah berhenti sejak dunia ini diciptakan. Andaikata esok kalian meninggal dunia, perubahan itu pun akan tetap berlangsung.
Manusia menua, peradaban umat manusia berubah, banyak fauna dan flora yang punah dan orang lama diganti dengan orang baru. Hukum perubahan memustahilkan stagnasi. Semua akan berubah. Yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri.
Fakta perubahan bisa menimbulkan konsekuensi positif sekaligus negatif bagi jiwa manusia. Perubahan bisa menggembirakan tetapi juga bisa menyakitkan. Hari ini pacar kalian bilang sayang ke kalian, esok mungkin dia berkhianat. Hari ini keluarga kalian sedang ditimpa masalah hutang, mungkin bulan depan keluarga kalian malah dikasih rejeki yang lebih dari jumlah hutang itu.
Perubahan itu takkan pernah dihindari. Perubahan adalah fakta yang hanya bisa dihadapi.
Halaman : 1 2 Selanjutnya